Sepenggal Surat Untuk Si Buah Hati
Malam ini ayah telah menjadi seseorang yang baru, menjadi lelaki
yang tak' pernah kau jumpai, mengasingkan diri dikamar sepi, menyendiri,
memeluk sunyi, menanti hari berganti, melepas belenggu hingga waktu
berlalu.
Nak, saat dingin angin malam membelai
kulitku, sentuhan tangan mungilmu tak henti-henti menari di jantung
hati, lengkingan suara manjamu menyanyikan lagu rindu, canda tawamu
menghantui di setiap malamku.
Shabbiyah Mauren
Nafisah putriku, saat rintik-rintik hujan mulai membasahi halaman rumah
kita, kuatkanlah dirimu dari dinginya hati, karna pelukan Ayah tidak
lagi bisa kau rasa, namun hangat kasih sayangnya akan Ayah titipkan pada
mentari yang bersinar esok hari.
anakku
tersayang, harta paling berharga Ayah, dunia sedang kejam menyiksa kita,
tumbuhlah dewasa dengan jiwa kesatria, jangan tundukan kepalamu walau
ayahmu berlalu.
Lihatlah nak, perkasa ayahmu telah sirna oleh
cinta, pesonanya menghilang di telan malang, kesatrianya telah mati
dibunuh sepi, kelak ketika kau telah dewasa akan ayah ceritakan bahwa
cinta itu tentang pengorbanan.
Anakku, surat rindu ini akan sampai padamu bila kau sudah mengerti bahwa dunia tipuan belaka
Di baitnya Ayah selipkan kata-kata penguat jiwa
Semakin larut tinta hitam ini semakin menjadi, bahkan kini mulai menguasai rinduku akan hadirmu
Pada akhirnya nak, di surat ini Ayah ucapkan kata perpisahan, demi masa depan yang menyenangkan.
Goresan Tinta Hitamku
Lampung, 29 Oktober 2021
Papi Radja
Komentar
Posting Komentar