Patah


 

Lagi dan lagi aku harus kembali melawati jembatan asmara penuh luka,setelah sebelumnya aku pernah berhasil melewatinya walau harus berjalan merangkak dan berdarah-darah.


Aku yang belum sepenuhnya pulih dari perih, kini harus menerima kembali hantaman keras pengkhianatan yang menusuk relung hati.


Dari Seseorang yang tadinya kuanggap luar biasa, dan ku kira dia amanah dalam perkataanya namun pada akhirnya dia hanya mampu mengeluarkan kata kata di ujung lidah, tanpa bisa membuktikanya.


Tadinya kuharap kau yang bisa mengerti  juga memahami penderitaan ku saat ini, ketika aku tengah berusaha berlari dari rasa perih, tak peduli jika langkahku penuh duri, aku hanya ingin terbebas dari luka-luka yang terus merajai hati.


Aku tak tau !

Permainan apa yang sedang kau jalankan ?

Rencana apa yang sedang kau lancarkan ?

Hingga aku terdiam dengan pesakitan yang kau berikan, kemudian bertepuk tangan seolah kaulah yang maha kebenaran.


Aku yang tadinya ingin memulai pembicaraan dengan meninggalkan keegoisan, tapi kau malah menuduhku bahwa aku yang tak perduli tentang keadaanmu, harus dengan kalimat apa aku membela diri,harus dengan cara apa agar kau mau mendengarkan kata hati, supaya nantinya di ujung pembicaraan ini timbul kata memperbaiki bukan malah mengakhiri.


Yang diam di patahkan, yang bener di bungkam tanpa ingin mendengarkan penjelasan malah mengutamakan keegoisan.


Sehina itukah diri ini,seburuk itu kah perasaan ini, ketika aku berusaha kembali  berbenah diri,memperbaiki hati yang terkhianati tapi malah kau berikan pengkhianatan untuk yang kedua kali.


Ketika hati ini mau untuk kembali menjalin kasih, namun kau khianati hingga aku jatuh tak berdaya di peluk sepi.


Kau pikir mudah meyakinkan kembali hati yang pernah tersakiti, kau pikir tak butuh tenaga untuk menimbulkan rasa yang telah mati, ketauhilah butuh waktu lama hingga ia bener-bener pulih,kemudian kau datang bukan memberi arti dan dengan biadap nya dirimu bertingkah seenaknya, datang dan pergi sesuka hati, nyaman cari laki-laki lagi,bosan kembali lagi kepada ku yang tengah berjalan rintih menyendiri.


Kau memintaku untuk memahami, kau meminta ku untuk mengerti, tapi kenapa! Ketika semua sudah ku beri kau malah tak peduli dan terus menyalahkan diri ini.


Ya tuhan.


Apa yang salah pada diri ini, kau melukai hingga membuat hati ini nyeri.


Kau memintaku untuk bertahan!

Bagaimana aku ingin bertahan jika kau anggap aku sebagai pelampiasan, dengan segala harapan yang kau berikan hingga membuat hati ini yakin untuk terus memperjuangkan, ya memperjuangkan luka yang semakin dalam.


Sadarkah dengan apa yang kau lakukan 

Sadarkah dengan apa yang kau lakukan


Bodohnya aku yang terlalu mengedepankan kepercayaan hingga aku masuk ke dalam permainan murahan yang ku anggap sungguhan tapi nyatanya hanya sandiwara kebohongan.


Kini aku berjalan sendirian dengan harapan yang baru saja di patahkan, kembali memalsukan senyuman, memendam dalam-dalam perasaan agar tidak ada rasa sakit yang terus menghantam.


Tungguku selama ini hanya berbuahkan sendu yang menipu hati hingga membuat aku menangis dengan linangan air mata di pipi.


Bener kata wira nagara " seseorang yang mampu membuatmu tertawa terbahak-bahak adalah seseorang yang mampu juga membuatmu menangis tersedak-sedak."


Bercerminlah, apakah dia adalah sosok yang kau inginkan, jika bener dia genggamlah dalam dekapan, namun jika tidak aku yang akan tertawa terbahak menyaksikan penyesalanmu yang kian tak beranjak.


Jangan pernah mencariku, karena aku sedang berusaha mengasa rasa yang tumpul karena kelakuanmu, berbahagialah dengan sesalmu,teriaklah dengan tangisan-tangisanmu, dan pada saat itu aku tuli, dan tak mau peduli tentang dirimu.



Mayang koro

Ranting pohon

9 maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang

izinkan aku bahagia Karya Pengagum