DI AMBANG KECEWA
Berawal dari sebuah kesalah pahaman dan semuanya kini menjadi berantakan, rencana yang hampir matang,persiapan yang hampir telaksanakan,hingga cincin pun sudah aku dapatkan, dan kau hilang di kegelapan malam yang kelam.
Aku tak tau semua ini berawal dari apa, dan kenapa? Aku hanya menikmati desir ombak di bibir pantai menyaksikan sinar mentari dengan puing puing luka yang sedang aku papah, bersamaan dengan lembutnya angin senja kau menghilang tak ada sepatah kata yang kudengar, apalagi sebuah kabar hingga hati ku mulai terbakar oleh api kecewa yang berkobar.
Aku takut jika nantinya hati ku semrawut, hingga aku pun bergelut dengan luka yang seperti menghantarkan maut, bagaimana tidak! Dengan seluruh pencapaian yang hampir aku selesaikan kemudian kau seenaknya pergi meninggalkan,hilang tanpa berpamitan.
Semudah itu kau memberi harapan,segampang itu kau mengucap perkataan, hingga akupun terbawa cerita kebahagian, aku terlena terbawa alur cerita yang kau ciptakan, hingga akupun seperti menjadi raja di istana dan kau sebagai permaisurinya, indah, tapi semua hanya skenario sampah, dimana pada akhirnya kau beri luka, hingga akupun terjebak di dalam cerita berdarah, sendirian tanpa teman,tanpa penerangan harapan dari sebuah pengkhianatan.
Oh tuhan...
Mengapa hidupku begini?
Mengapa aku tak bisa memiliki kebahagian di hati?
Kenapa setiap wanita yang ku miliki malah meninggalkan dan pergi ?
Apa yang salah dari diri ini!
Apa yang membuatmu mengingkari setelah kita menyepakati janji ?
Apa waktuku masih kurang untukmu!
Apa raga ini masih kurang menemanimu!
Apakah pundak ini masih lemah untuk menyanggah kepalamu!
Apakah setiap perkataanku membuat tersakiti hatimu,apakah perlakuanku terlalu berlebihan padamu!
Tolong maafkan aku jika bener aku begitu.
Bukankah semua yang ku lakukan ini sesuai dengan permintaan! Lalu kenapa kau memperlakukanku sebagai pelampiasan!
Apa masih kurang 2 jam kita mengudara di langit pulau sumatra dan jawa sama sekali kepalamu tak berpaling dari pundakku tanganmu juga tak mau melepaskan genggamanku, kurang...ha...apakah masih kurang selama 1 hari penuh aku menemanimu di ruang tunggu, hingga kau pun pergi keruang ICU, dan aku selalu patuh menunggu kabarmu hingga kau bener-bener sembuh.
Aku memang tak sepenuhnya bisa menemani hingga kau siuman dari komamu, karena aku harus kembali ke kota kita untuk menyelesaikan tanggung jawabku. Dengan bibir ini selalu basah dan terus menyebut namamu dalam setiap shalatku. Sadar kah kau dengan hal itu ? Tidak kan, malah kau bercanda mesra bersama orang baru.
Mungkin bener, aku yang tak bisa terus menemanimu lalu kau mencari orang baru untuk menghiburmu dan kau seolah tak menghiraukan pesanku.
Hei.. ketahuilah
Aku selalu menunggu, aku selalu membuka layar heandphone ku, menunggu balasan darimu, tapi tak ada sama sekali kau membalas pesanku.
Aku sangat berharap waktu itu kau yang akan memberitahuku dengan suara yang sudah lama kurindu dengan kabar baik dari sakitmu, tapi semuanya seperti halu, ayahmu yang menelponku mengatakan bahwa kau sudah sadar dari koma mu.
Dan bener saja kau tak lagi membutuhkan seseorang, aku seperti sampah yang terbuang,di ambil jika bisa di daur ulang, di biarkan membusuk di makan zaman ketika tak bisa di gunakan.
Kini, dengan luka yang masih membekas aku kembali bergegas untuk merubah rencana yang telah kandas agar aku tak seperti di tindas oleh dia yang semakin bingas.
Kisah ini biarlah menjadi pelajaran untuk jiwa, bahwa di manja bukan berarti di cinta.
Jika hasil dari sebuah pengorbananku selama ini hanya tumpukan kawat berduri, aku tak akan menanam benih harapan kedalam ruang perasaan yang ternyata sudah ada perjanjian dengan seseorang.
Bahagialah dengan dia, jangan pikirkan aku yang saat ini memikul luka, setidaknya akupun bahagia bisa menemanimu di saat titik terendah,di saat kau kehilangan arah,di saat kau membutuhkan telinga,dan di saat kau membutuhkan darah.
Mayang koro
Citilink AQ-5984
Pekan baru-jakarta
Komentar
Posting Komentar