DONGENG TIKUS
Di bawah pohon yang sangat rindang duduklah seorang putri lucu dan ibunya Sambil menunggu buah
kenari jatuh, anak tersebut berkata kepada sang ibu:
“ibu, apakah negeri kita sangat miskin, sampai sekolah pun hanya sebuah walang? Apakah kita tidak
bisa menjual banyak kenari dan membangun sekolah yang sangat besar seperti yang ada di televisi?”
Sambil tersenyum sang ibumenjawab:
“anakku,Negeri kita ini kaya nak. Lihat, kenari saja bisa tumbuh di atas karang. Bayangkan apa yang bisa
tumbuh di atas tanah? Tentu kita bisa membangun sekolah. Pemerintah punya banyak uang, dan uang
itu didapat dari menjual hasil-hasil alam kita, tetapi ada tikus hutan yang sering mencuri uang itu, jadi
sekolah kita belum juga berdiri sampai saat ini.”
Lima buah kenari jatuh. Si anak tak bergerak. Ia masih ingin bertanya:
“Kalau sekolah belum ada, bisakah kita diberi ibu guru yang cantik dan pintar ibu?. Mengapa belum
ada guru yang datang ke sini buuu? Kita kan, masih bisa membayarnya dengan cengkih atau pala, jika
belum musim kenari tiba.”
Sang ibu terseyum. Pertanyaan putrinya cukup serius, maka beginilah jawabannya:
“Kau tahu nak, ada banyak sekali guru di luar sana. Mereka pintar sekali, tetapi untuk bisa ke sini,
mereka perlu uang. Harus naik pesawat, kapal, speed boat, perahu dan biayanya cukup mahal.
Para guru juga perlu rumah, perlu makan sehari-sehari untuk dirinya dan keluarganya. Masalahnya nak,
gaji guru itu juga sudah diambil tikus hutan tadi.”
Sepuluh buah kenari bersamaan gugur. Jumlah itu dihitung kesabaran angin. Sekali lagi, si anak bertanya
karena masih belum puas dengan jawaban ibunya:
“bu, mengapa tikus hutan itu rakus sekali? Apakah di hutan sudah tidak ada lagi makanan untuknya?
Kita bisa datang kepada raja tikus itu dan bilang supaya tidak mencuri lagi. Apa ibu tahu di mana istana
tikus hutan itu berada?”
Sang ibu kembali tersenyum sambil berusaha tetap menjawab dengan tenang:
“Raja tikus itu senang bersembunyi nak. Kalau ada manusia yang datang, dia seperti takut atau malumalu
kucing atau mungkin saja raja tikus sibuk bernyanyi. Kalau tidak salah ibu dengar, tikus hutan
akhir-akhir ini sedang sibuk dengan mobil-mobilnya yang mahal. Raja tikus terlalu sibuk nak.”
Si anak langsung merespon dengan cepat:
“Kalau raja tikus sibuk, kita bisa berbicara langsung dengan ratu tikuskan ibu?”
Sang ibu menatap langit. Sepertinya ia sudah mulai kewalahan menjawab pertanyaan anaknya sendiri,
namun ia tetap menjawab:
“Nak, ratu tikus itu lebih sibuk lagi. Dia sibuk main youtube nak. Akhir-akhir ini dia sedang
mengumpulkan
banyak anak-anak semut untuk kegiatan belajar. Dia sangat terkenal sampai dijuluki maha agung ibunda
tikus. Bahkan ibunda tikus ini punya sebuah kafe yang sangat indah. Dia juga senang liburan dengan
teman-temannya meski rakyatnya sedang menderita karna bahan sembako naik semua.”
Si Anak tertawa kecil sambil berkata:
“ibu, raja dan ratu tikus hebat ya. Tidak kusangka mereka juga youtuber. Hebat sekali. Mereka
berbakat ya. Bisa bernyanyi, bisa mengajar, punya mobil mewah, punya kafe indah, bisa liburan. Wah,
senangnya. Kalau di sini sudah ada listrik, sudah ada internet, aku juga ingin seperti mereka ibu. Jadi
youtuber.”
Sambil memegang tangan anaknya, Sang ibu berkata:
“Nak, kau tidak ingin bersekolah lagi? Tidak ingin punya ibu guru lagi? ibu tidak ingin kamu jadi seperti
raja atau ratu tikus. Kamu harus jadi manusia berguna, jujur dan berani. Kamu tidak boleh mencuri milik
orang lain. Seluruh kekayaan di Istana tikus adalah hasil mencuri. Kamu harus belajar dengan hati nurani
agar kelak tidak menjadi pencuri.”
Si Anak memeluk ibunya. Dia menjawab pelan:
“buu, aku ingin seperti ibu aja, ibu sepertinya lebih cerdas dari keluarga tikus itu. Aku janji akan
menjadi anak yang jujur, cerdas dan berani serta tidak mencuri. Kalau aku bertemu dengan raja dan ratu
tikus itu, aku akan memberi mereka banyak buah kenari supaya mereka bisa menjualnya dan tidak perlu
mencuri milik orang lain lagi.”
Sang ibu tertawa dan menampar angin yang berusaha menidurkannya sambil berkata:
“ibu sangat mencintaimu. Jadilah dirimu sendiri dan jangan jadi seperti siapapun di dunia ini, termasuk
ibu. Jadilah seperti buah kenari. Keras di luar, berisi di dalam. Burung-burung bisa menggigit kulitmu
tapi tidak bisa mengambil hatimu.”
Seratus buah kenari gugur bersamaan. Jumlah itu masih dihitung oleh kesabaran. Sang ibu dan
anaknya mengumpulkan seluruh buah kenari itu. Mereka pulang dengan gembira seperti orang-orang
merdeka.
Ambon, 6 Mei 2021
- Oleh : hady
Komentar
Posting Komentar