KATA LARA II
Aku tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini, sifat egoisku bergejolak tiada henti melihat perlakuanmu yang melukai hati.
Kau terlihat tidak bersalah dan kau malah tertawa dengan riangnya seolah kau tidak peduli ada hati yang sedang terluka.
kau pikir aku akan diam saja! Kau kira aku tidak tau bahwa kau sedang menaruh rasa dengan pria lain di sana! Kau anggap mata ku buta,telingaku tuli,hati ini tak merasakan perih! Dengan semua yang telah ku saksikan sendiri kemudian kau mengelak dan membela diri seolah-olah kaulah yang paling tersakiti.
Apa pengorbananku masih kurang bagimu?
Apa ketulusanku masih membuatmu ragu?
Hingga kau memilih pergi dan meninggalkanku?
Aku yang rela menunggu agar kau tetap berada di dekap ku, aku yang selalu mau mengikuti skenario mu tapi kau malah mencampakkan ku seperti debu yang tersapu angin lalu.
Ingatkah kau tentang janji-janjimu!
Dimana kau akan menghargai perjuanganku,menghargai penantian ku, tapi malah kau tancapkan duri-duri luka yang menancap tepat di hatiku.
Bukankah telinga ku yang selalu mendengar keluh kesahmu! Bukankah bahu ini yang selalu siap menjadi wadah air matamu, kau sama sekali tak melihat ke arahku tapi kau selalu memintaku untuk tetap di sampingmu.
Putar kepalamu, tatap mataku, rasakan semua penderitaan ku semua ini karena ulah mu,ya... aku sama sekali tak membutuhkan penjelasan mu, aku hanya ingin kau mendengarkan kisah pedih hidupku.
Izinkan aku menangis dengan derai air mata luka yang sadis, aku menangis bukan karena aku takut kehilanganmu tapi air mata jatuh karena semua kesalahanmu.
Dimana hatimu!
Dimana sifat kedewasaan mu!
Dimana janji-janjimu!
Aku hanya ingin yang sebenar-benarnya dirimu,dimana dengan lantangnya kau mengatakan bahwa tak akan menghadirkan orang ketiga.
Kau hempas aku, kau buang aku ketika kau tak lagi butuh, hingga ku terjatuh ke dalam kubangan lara yang semu.
Tunggu, apakah semua kejadian ini akibat dari egoku, aku yang terlalu menyayangimu,aku yang terlalu berharap padamu, aku yang sangat takut kehilanganmu hingga kurasakan asmaradana luka yang menghantam keras du hidupku.
Kini ku kembali menapaki jalanan nestapa terjebak di labirin luka berusaha keluar sekuat tenaga agar diri ini bisa menata kembali hati yang terluka.
Untukmu tenang saja, aku sama sekali tak menyimpan kebencian yang merajai raga, hanya saja aku kecewa ternyata dia yang ku jaga tak bisa menghargai sebuah amanah rasa.
Ingatlah! Aku menunggu di awal penyesalan mu,ku persilahkan kau bercerita tentang rasamu yang bingung tak tau arah, apabila kau telah merasakan luka yang saat ini ku rasa.
Terinpirasi dari naskah TUBIR zhafir k akalanka
Mayang koro
Rumah belfoods
Lingkup ruang orang pacaran
6 maret 2021
Komentar
Posting Komentar