Renjanaku Padamu

Video Cinematik Untuk Puisi - "SENJA" - Free Use - YouTube

Pantai gelap yang temaramnya tiada terkira

Sempat mengusik benak dalam dada

Lembayung yang sempat mentasbihkan lara

Memetik simpul bayang-bayangmu yang telah tiada

 

Kau ini telah menganggap siapa nan apa ?

Hingga tega kau pisahkan pancarona dengan kelabu milikmu

Tak sempat Aku mendengar rayuan melodi nuansa palapa

Yang kerap kali berdengung tajam memekak gendang telingaku

 

Hingga pada suatu hari, dinginnya angin malam yang pilon

Bimbangnya , menserawutkan pikiran kosong

Tak ada berita lagi bersamamu yang diam-diam hening mengibas pergi

Tak ada yang tahu, kemana angin ribut membawamu 'tuk tiada meninggalkan

 

Maka, bayangan hitam akan pesona elok ragamu

Yang diam-diam selalu ku rindukan bunyi rundungnya

Atau barangkali nikmat seduh kopi di pagi hari denganmu

Menyelesat dalam hingga hilang dayaku memaku renjana besar hanya untukmu

 

Kemudian, Aku datangi kembali pantai yang telah tertutup kabut pekat itu

Dengan mensamarkan pikiran, biar rinduku tak menggebu terlalu padamu

Namun, tetap saja tak bisa ku lalui dengan bijak

Seakan-akan hasratku ingin jerembah kepadamu niscaya selalu

 

Bunyi rintik hujan sesaat itu, buatku makin sedu dengan sporadis

Mungkinkah hilang wujudmu adalah perihal tersadis

Yang bakal membuat sakit hati lembut pun lunglai ini

Yang kerap kali berjalan di tepi ini sendiri tanpa kau temani

 

 

 

Tak usah menatap ombak kejam lagi di sini, kataku dengan nada pengecut

Yang hilang akal tak tahu arah seakan nahkoda yang hilang tujuan

Perihnya dada, pun pedihnya mata yang sering menatap pantai dengan takut

Mengharap visus mengabur sedemikian mengabur, hingga sirna kepedihan pun kesedihan

 

Sayangnya, Aku terlalu picik pun keras kepala padamu

Entah bunyi angin apa yang tiba-tiba mendayu

Membawa kabut peristiwa pahit pun sakit itu

Aku ingin tandang kepada mimpimu sekali lagi, biar sepi pun sedihku tak menyiksa batinku

 

Sayangnya, Aku terlalu beringas pun kejam kepada diri sendiri

Yang bagai binatang melata tak tahu arah jalan pulang

Hanya menatap kekosongan kedepan, dengan perasaan yang tak sempat termenangkan

Aku yang kepadamu bagai ufuk, yang kian terpuruk

 

Tak pernah memandang mentari di bibir pantai pun kau lagi

Yang ternyata jarak temu kita adalah Utara dan Selatan

Tak ada yang tahu, betapa renjana ku padamu kian menggebu-nggebu

Ditemani kesakitan hati yang tiada tara, tanpa mengenal jarak dekat. Aku tetap merindumu

 

Bandung, 15 Februari 2023
Aliff Alfarizi Zaenuri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang