Surat Elektrik Untuk Ayahanda

Malam kelabu yang membisu, aku melihat secarik kertas usang yang
terjatuh dari lemari rindu, ternyata kata-katanya menyejukan jiwa,
sepengal surat untuk sibuah hati itu aku baca dengan mengeja
Ayah, apa ini darimu
Aku
terdiam sejenak, perlahan aku cermati bait demi baitnya; ini kah cinta,
Sebab pengorbanan yang ayah berikan sangat menyakitkan, dimata ini
engkau masih teristimewa namun berbeda dimata mereka.
Yah,
pesan rindu itu sampai padaku, saat mentari menyinari kasih sayang yang
ayah titipkan membakar semangatku, cahayanya menerangi jiwa, hangatnya
selalu menenangkan nyawa.
Ayahku tersayang,
jika cinta yang engkau ucapkan adalah pengorbanan, mengapa pada
dinding-dinding hati merasakan nyeri, saat kau diam-diam pergi
meninggalkan aku sendiri dalam sunyi sepi, bagaimana mungkin kau bisa
berlalu jika segala prioritasmu adalah aku, mana mungkin kau bisa
meninggalkan aku anakmu, jika dalam benakmu hanya tentang kebahagiaanku.
Ayah saat genangan air hujan perlahan mulai menghilang;
Kuatkanlah
jiwamu walau jauh dariku, peluklah aku bersama sepi yang menyendiri di
kala sunyi, pesonamu tidak akan berkurang oleh lengang, perkasamu takan
terkikis atau habis oleh dunia yang mencoba memisahkan kita
Lihatlah ayah, aku masih menanti menunggumu disini, membawaku meniti jalan mendaki karna aku tak pernah mengerti jalan kembali.
Pada
akhirnya yah, di surat kerinduan saya titipkan kata pengagum jiwa untuk
ayah disana, cepatlah kembali sebab rindu ini tak terbendung lagi
Goresan Tinta Hitamku
Lampung, 1 November 2021
Papi Radja
Komentar
Posting Komentar