Di Persimpangan Nafas dan Dada ( REY)

 *Di Persimpangan Nafas dan Dada*


Kau hadir seperti bayang bulan,

mengintip dari sela tirai malam.

Bisik angin membawa wangi tubuhmu,

seperti bunga yang tak pernah layu.

Aku berdiri di ujung hening,

menanti aliran waktu mempertemukan kita.


Langkahmu, musik yang tak terdengar,

mendekat, membawa rindu yang menghangatkan.

Kau bukan hanya tubuh,

kau adalah puisi yang hidup,

dengan setiap lekuknya berbicara tentang rahasia.


Aku mengulurkan tangan,

dan menemukan kulitmu seperti fajar,

hangat, basah oleh embun,

namun membakar jemariku yang haus.

Kita tak butuh kata-kata malam ini,

karena mata kita berbicara,

lebih dalam dari suara yang bisa kita eja.


Setiap sentuhan adalah janji,

setiap hela nafas adalah bait.

Bibir kita bertemu,

bukan dalam tergesa,

melainkan dalam keabadian rasa.

Seperti dua sungai yang akhirnya bertemu,

mencipta samudra kecil di tengah dada.


Kau menggambar peta di tubuhku,

dan aku menjadi tanah liat di tanganmu.

Garis-garis yang kau ukir membekas,

seperti cerita yang tak ingin kulupa.

Aku jatuh dalam pelukanmu,

dan tubuhku kehilangan bentuk,

menjadi bayang yang menyatu denganmu.


Malam adalah tirai tebal,

yang menyembunyikan kita dari dunia.

Hanya ada kita,

di persimpangan nafas dan dada.

Kau membisikkan namaku,

seolah itu adalah doa,

dan aku menjawabmu,

dengan sentuhan yang menjanjikan keabadian.


Waktu membeku di tubuhmu,

dan aku ingin tinggal di sana selamanya,

di antara lengkung pinggangmu,

di lembah dadamu,

di jejak kecil di punggungmu,

di mana aku menemukan diriku tenggelam.


Di malam ini,

kau bukan hanya kekasih.

Kau adalah dewi,

yang tubuhnya adalah kuil,

tempat aku menyembah,

dalam setiap sentuhan, dalam setiap ciuman.

Jemariku membaca kulitmu,

seperti kitab yang tak ingin usai.


Saat bulan meluruh di ufuk,

dan fajar mulai mengintip dari celah jendela,

aku menyadari,

bahwa malam ini bukan sekadar pertemuan.

Kita telah menciptakan semesta baru,

tempat hanya ada kita,

dan cinta yang tak lagi mengenal kata.


Kita adalah cerita tanpa akhir,

yang akan terus terulang,

setiap kali mata kita bertemu,

dan tubuh kita kembali menyatu.


Rey

7-12-2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang