Rindu di Balik Senja
Rindu di Balik Senja
Di bawah langit yang muram,
aku menunggumu dalam hening yang panjang,
senja memerah, seperti pipimu
saat kutatap dalam-dalam, tanpa kata.
Kau, yang berlari di dalam pikiranku,
meninggalkan jejak-jejak samar,
seperti bayangan di antara kabut pagi.
Bisakah kau berhenti, meski sejenak saja,
dan biarkan aku menyentuhmu dalam sunyi?
Dedaunan berguguran, satu-satu,
mengiringi rasa yang tak pernah pupus.
Aku mencintaimu seperti laut mencintai pasir,
tak pernah ingin pergi, meski badai menghalau.
Dalam setiap bisik angin,
ada namamu yang kuucap tanpa suara.
Rinduku adalah rindu yang tak berujung,
seperti sungai yang tak lelah mencari lautnya.
Kau adalah cahaya kecil di antara kegelapan,
seberkas nyala yang membuatku tetap hidup.
Setiap pagi, aku memimpikan senyummu,
dan setiap malam, aku mencumbui bayanganmu.
Jika takdir adalah jarak,
biarkan aku menjembatani dengan doa,
menganyam harapan dalam tiap hela napas,
hingga akhirnya kita bertemu di simpang waktu.
Dan jika waktu adalah musuh,
biarkan cintaku menjadi pedang,
memotong setiap keraguan,
agar aku bisa berdiri di hadapanmu,
tanpa takut kehilangan.
Kau adalah puisi yang tak pernah selesai,
bait-bait yang terus kutulis dalam hati.
Aku mencintaimu, lebih dari kata yang bisa mengungkap,
lebih dari apa yang bisa disadari oleh semesta.
Senja ini, sekali lagi,
aku menunggumu,
seperti matahari menunggu bulan,
agar kisah kita tetap abadi.
Rey
7-12-2024
Komentar
Posting Komentar