*SEKOLAH, NAK* Oleh: Arief Siddiq Razaan

 *SEKOLAH, NAK*

Oleh: Arief Siddiq Razaan 


Sekolah, Nak. Meski sawah ladang kita tergadai, sebab kamu harus jadi orang pintar supaya tidak dibodohi penguasa dengan aneka sandiwara politik licik, picik dan penuh intrik.


Sekolah, Nak. Jadilah dokter, sembuhkan para penegak hukum yang sering kali mengalami gejala sakit jiwa. Phobia terhadap lambang agama, meski sila pertama itu Ketuhanan Yang Maha Esa.


Sekolah, Nak. Minta gurumu mengajarkan sejarah perjuangan bangsa, pelajari dengan tekun bagaimana kebiadaban komunis yang membuang jasad pahlawan revolusi ke lubang buaya sebab keadaan negara kita saat ini juga sama, sedang menjasad di lubang utang luar negeri ribuan trilyun jumlahnya hingga perlu membangkitkan semangat pahlawan revolusi yang ke dua kalinya.


Sekolah, Nak. Jangan sekadar memburu ijazah, sebab ijazah sekarang banyak yang hanya jadi penghias dinding rumah bahkan patut disebut sampah. Lulus sarjana pendidikan, jadi pekerja swalayan mengucapkan "Selamat datang, selamat belanja" karena gaji guru honorer tidak cukup untuk membeli garam yang semakin mahal harganya.


Sekolah, Nak. Belajar yang rajin. Jadilah agen perubahan, jangan jadi mahasiswa yang menjilat bokong dosen untuk sebuah nilai meski mengorbankan harga diri. Cukup anjing yang begitu, sebab Tuhan menjadikanmu manusia bukan binatang penggonggong dan penjilat.


Sekolah, Nak. Meski sawah ladang kita tergadai, sebab ibu takut akibat negara tak sanggup bayar utang luar negeri kemudian negara kita dijual seperti beberapa aset pemerintah. Lalu kita tak bisa membawa apa-apa saat mengungsi, kecuali otak yang berisi ilmu pengetahuan dan keterampilan.


Aksara Senja, 25 November 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang