Bersuaralah, Nak Karya: Arief Siddiq Razaan
Bersuaralah, Nak
Karya: Arief Siddiq Razaan
bersuaralah, nak
sawah ladang tergadai
hidup susah tak kunjung selesai
para penguasa sibuk bagi-bagi roti
untuk mengenyangkan perut sendiri
di perut penguasa ada kue
dari adonan air mata rakyat kecil
dengan seluruh harapan yang dipatahkan
oleh keserakahan, kepicikan, kebusukan
kemudian perih rintih rakyat jadi tahi
di jamban-jamban rumah mereka
bagi penguasa laknat
kesedihan rakyat itu sekadar komedi
bahan guyonan pelepas penat
saat sedang bermufakat jahat
di gedung-gedung pemerintahan
yang disulap jadi arena sirkus
dagelan politik dilakonkan begitu mahir
sampai lupa mereka itu pemikir atau penyihir
tuntunan sudah berubah jadi tontonan
dengan peran antagonis paling dominan
bermain akrobat dengan lagak pejabat
padahal tabiat penjahat paling keparat
bersuaralah, nak
di jalan-jalan sebab televisi sudah pesanan
hanya komoditas melanggengkan kekuasaan
meski suaramu dipukul angin
boleh jadi Tuhan mendengar sepenuh yakin
agar para penguasa picik diculik
malaikat pencabut nyawa dengan niat baik
supaya, kampung dan kota kita
tidak lagi dipenuhi bajingan tengik
hasil dari pemilu yang sarat intrik
dari kejadian ini, mesti jadi pendidikan politik
partai mana yang melahirkan kader busuk
penebar kesengsaraan hingga begitu teruk
ke depan, usah lagi memilih partai pendusta
penghasil anggota dewan bajingan
mereka yang mengencingi keadilan
dengan dalih pembangunan
padahal hanya untuk investor
penambang hasil bumi dengan cara kotor
di negara antah berantah
keadaan memang kian parah
mungkin perubahan dimulai dari teriakan
suara-suara keadilan yang diletuskan
sebagai senjata untuk mengubah keadaan
meski dengan resiko dipenjarakan
Medan, 2023
Komentar
Posting Komentar