NASKAH DIALOG: JIKA TUHAN MAHA TAHU MENGAPA MEMBUAT SESEORANG JATUH CINTA DENGAN YANG BEDA AGAMA Karya: Arief Siddiq Razaan

 NASKAH DIALOG: JIKA TUHAN MAHA TAHU MENGAPA MEMBUAT SESEORANG JATUH CINTA DENGAN YANG BEDA AGAMA


Karya: Arief Siddiq Razaan 


Cewek: "Jika Tuhan itu Maha Tahu, mengapa membuat seseorang jatuh cinta dengan yang beda agama?"


Cowok: "Mungkin kamu lupa, Tuhan itu sesuai prasangka hamba-Nya. Dari pernyataanmu tadi, aku justru meragukan keyakinanmu menyangkut Tuhan itu Maha Tahu. Sehingga, kamu membohongi hati nuranimu, tempat keimananmu terhadap Tuhan. Kebohongan yang direncanakan, yakni membohongi Tuhan menyangkut nafsu terhadap lawan jenis."


Cewek: "Aku tidak paham apa maksud ucapanmu. Bisa disederhanakan tidak?"


Cowok: "Kamu yakin Tuhan itu Maha Tahu?"


Cewek: "Tentu, tentu saja aku sangat yakin."


Cowok: "Kalau kamu yakin, mengapa kamu menjalin hubungan dengan seseorang yang beda agama padahal Tuhan sudah melarang, bahkan nekat ingin menikah dengan orang itu? Ini berarti kamu yang tidak mau tahu meski Tuhan sudah memberi tahumu lewat firman-Nya dalam kitab suci."


Cewek: "Tetapi seharusnya Tuhan mencegahku. Dia Maha Kuasa, apa terlalu berat untuk membuatku tidak jatuh cinta dengan seseorang yang beda agama?"


Cowok: "Kamu yang bekerja untuk Tuhan atau Tuhan yang bekerja untukmu? Tuhan sudah membuat aturan, sudah ada hukum yang ditetapkan. Berarti kamu yang harus bekerja untuk membuktikan keimananmu. Tetapi kamu malas bekerja sesuai aturan yang ditetapkan Tuhan, bila sudah begitu kamu sendirilah yang memecat kuasa Tuhan, hatimu dipenuhi ambisi melawan kekuasaan Tuhan, hingga iblis mudah menguasaimu."


Cewek: "Tetapi aku mencintainya, mencintai kekasihku. Aku juga sedia berpindah agama demi membuktikan rasa cintaku."


Cowok: "Kamu harusnya sadar, pindah agama demi pernikahan itu sangat melecehkan Tuhan. Agama apa pun itu pasti tidak menghendaki penganutnya melacurkan harga dirinya demi alat kelamin meski itu berlabel pernikahan, sebab itu golongan bajingan."


Cewek: "Golongan bajingan? Apa maksudmu? Aku pindah agama karena mencintai pasanganku, dan pecinta sejati itu berani berkorban. Lagipula aku tetap memeluk sebuah agama."


Cowok: "Ya, golongan bajingan. Jika Tuhan yang kamu sembah saja kamu khianati, maka apa lagi yang bisa dipercayai darimu? Tuhan itu puncak dari kesetiaan seorang manusia, jika kamu berkhianat pada-Nya maka masihkah merasa manusia? Bajingan betul kamu. Masalah pecinta sejati itu berani berkorban, aku setuju. Tetapi kesejatian cinta itu mencintai Tuhan melebihi cinta kepada manusia, maka korbankan manusia yang kamu cintai karena sudah jelas beda agama. Ini baru namanya pengorbanan."


Cewek: "Bukankah tadi aku sudah bilang, aku sedia pindah agama, bukankah aku masih memeluk agama, aku juga masih bertuhan bukan?"


Cowok: "Masalah kamu masih memeluk agama, apa agama baru yang kamu anut itu mau menerima penganut yang memulai keimanannya dengan perbuatan cabul, ibadah pertamanya itu diawali dari alat kelamin yang dipenuhi nafsu untuk orgasme seksualitas. Memangnya agama barumu itu agama yang ritualnya dimulai dengan adegan porno? Sontoloyo! Pikir benar-benar."


Cewek: "Sejujurnya, aku sudah tidak punya pilihan lain..."


Cowok: "Tidak punya pilihan lain bagaimana?"


Cewek: "Aku sudah terlanjur hamil. Aku dihamili pacarku. Sementara, dia memberi syarat jika mau dinikahi olehnya, maka aku harus pindah keyakinan. Memeluk agama yang dianutnya. Aku ini sudah jadi 'kaperlek' buat kekasihku...."


Cowok: "Jadi karena kamu sudah masuk golongan 'kaperlek' alias kapan perlu pakek, terus merasa tak punya pilihan lain kecuali membunuh agamamu?"


Cewek: "Tuhan pasti memaklumi keadaanku. Bukankah Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang? Jika begitu, semestinya Dia memaklumi kalau aku menemui jalan buntu untuk menyelesaikan masalahku."


Cowok: "Kamu benar-benar gila. Membunuh agamamu berarti menikam Tuhan. Setelah kautikam Tuhan, kemudian kauminta Dia mengasihi dan menyayangimu dengan memaklumkan ketidawarasanmu dalam mengambil sikap antara lebih memilih laki-laki yang merusakmu ataukah Tuhanmu."


Cewek: "Aku mencintai kekasihku, karena itulah aku berani mengorbankan segalanya, termasuk keperawananku. Aku tak menyangka permasalahannya akan serumit ini."


Cowok: "Saranku, lupakan saja dia. Ya, memang harus diakui melupakan kenangan indah bersama seseorang yang dicinta pada masa lalu bukan perkara gampang."


Cewek: "Nah, itu kamu paham. Itulah yang kucemaskan, aku tak bisa melupakan kekasihku dan tak sanggup menjadikannya sebagai masa lalu."


Cowok: "Menghapus kenangan bukan tentang seberapa kuatnya kaumencoba, tetapi menyangkut kesediaanmu menyakini ada yang lebih baik dari seseorang di masa lalumu untuk kauberikan cinta. Dalam permasalahan ini, agamamu tak bisa dibandingkan dengan laki-laki yang telah merusakmu dan memaksamu untuk memeluk agamanya, berikan cinta yang besar pada agama yang kini kauanut, percayalah Tuhan akan memberimu jodoh yang lebih baik, jodoh yang seagama denganmu."


Cewek: "Mengapa menikah harus menikah dengan seseorang yang seagama?"


Cowok: "Menikah dengan satu agama itu wujud kecerdasan spiritual. Cerdas dalam memahami bahwa keyakinan dalam beragama menjadi identitas kemanusiaan yang harus dikukuhkan. Jika dengan beda agama berarti kamu telah ke luar dari agama yang kamu anut. Sejatinya, kamu menjadi tidak beragama."


Cewek: "Bukankah aku akan memeluk agama yang dianut kekasihku setelah kami menikah?"


Cowok: "Kamu memeluk agama yang dianut kekasihmu itu benar. Tetapi, kamu telah menikam Tuhan dengan keji. Pantaskah kamu disebut beragama jika pindah keyakinan hanya karena kelaminmu sudah dirusak oleh kekasihmu?"


Cewek: "Sudah jadi rahasia umum, seburuk-buruknya laki-laki pasti mencari wanita yang baik-baik untuk dinikahi. Sedangkan aku jelas bukan wanita baik-baik, siapa yang mau menerimaku? Mungkin memang benar pindah agama hanya karena tidak perawan lagi akibat pergaulan bebas sama saja menikam Tuhan, tetapi tekanan batinnya terlalu berat untuk kutahankan."


Cowok: "Hidup itu merayakan ujian keimanan dengan penuh sukacita, pasti sudah pernah mendengar bahwa Tuhan tak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya. Jadi, sebagai manusia harus yakin masalah yang dihadapi tak pernah sebesar kuasa Tuhan. Jangan lari dari keyakinan agama yang dianut saat ini, karena sejauh apa pun berlari, pasti akan dihantui rasa bersalah seumur hidup."


Cewek: "Entahlah, aku memang ceroboh. Semestinya aku tidak jatuh cinta dengan laki-laki yang berbeda keyakinan denganku, semestinya aku bisa melewati ujian menyangkut kesanggupan menempatkan perasaan mencintai yang berada di jalur kebenaran. Mencintai seseorang yang seagama, lalu menikah dengannya dan berbahagia."


Cowok: "Sudahlah, setiap orang memiliki masa lalu. Tetapi dalam hidup, kita tidak perlu meributkan masa lalu. Kita mesti fokus pada masa depan. Masa lalu tidak bisa diulang, tetapi masa depan masih bisa direncakan dengan matang."


Cewek: "Aku ingin berkata jujur sekali lagi padamu..."


Cowok: "Katakan saja."


Cewek: "Selain sudah berpuluh kali berhubungan badan dengan kekasihku, sejujurnya aku juga sempat menjalani profesi sebagai perempuan panggilan."


Cowok: "Astaga! Bagaimana hal itu bisa terjadi?"


Cewek: "Aku sempat putus hubungan kekasih. Terus terang saja, saat itu hidupku benar-benar hancur. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan, kegadisanku sudah direnggutnya. Kemudian, setelah kejadian kami putus, aku pun memutuskan untuk jadi perempuan panggilan, daripada tubuhku kusia-siakan begitu saja, lebih baik kujual pada lelaki hidung belang. Tokh, aku sudah tidak punya masa depan."


Cowok: "Jujur, meski diriku bukan malaikat pencatat amal baik dan amal buruk, namun mendengar seluruh rangkaian kisahmu tadi tetap saja diriku berkeyakinan dosamu begitu besar. Tetapi, diriku pernah membaca sebuah riwayat, dikisahkan ada wanita pezina yang kelaparan dan kehausan, karena tak punya uang sepeser pun. Ia sampai di sebuah sumur dan dengan susah payah mendapat air, tetapi ia melihat seekor anjing.  Anjing itu  juga mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidah karena kehausan. Wanita itu memberi minum anjing itu. Ia pun diampuni karena amalannya tersebut."*


Cewek: "Ya, ceramahmu barusan memang menentramkan. Sebelum mendatangimu, sejujurnya aku sering mendengar ceramah yang kausiarkan di media sosial. Menurutku, kamu penceramah yang tidak suka basa-basi, kadang ada caci-maki. Jika aku ingin bertobat di bawah bimbingan dan arahanmu, apakah kau siap menuntunku menuju kebenaran beragama?"


Cowok: "Tentu saja diriku siap. Sudah jadi kewajibanku untuk menuntun siapa pun yang ingin tobat."


Cewek: "Baiklah. Aku sudah jujur tentang masa laluku, seluruh kisah telah kutamatkan pada hari ini di hadapanmu, kini aku ingin memulai kisah yang baru bersamamu. Berhubung aku merasa inilah pintu untuk memasuki pertobatanku, menikahi laki-laki yang baik, seagama dan teguh menyiarkan kebenaran. Laki-laki itu, kamu. Maukah kamu menikahiku?"


Cowok: "Mohon maaf, diriku telah memiliki istri. Jadi permintaanmu tentu tidak bisa dikabulkan."


Cewek: "Ha... Ha... Ha... Aku tahu kamu punya istri. Tetapi kurasa menikahi dua perempuan bukanlah masalah, kecuali kamu takut dengan istrimu?"


Cowok: "Bukan takut pada istri tetapi aku hanya takut pada Tuhanku. Ada sebuah riwayat yang menyatakan siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari akhir kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring.**"


Cewek: "Jika begitu, mengapa ada begitu banyak laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu?"


Cowok: "Diriku membudayakan untuk berprasangka baik. Boleh jadi seseorang yang memiliki dua istri merasa mampu bersikap adil, jika belum mampu, biarlah Tuhan yang memampukannya. Diriku mendoakan semoga saja demikian adanya."


Cewek: "Kamu bisa berprangka baik pada orang-orang. Bisa mendoakan orang lain agar dimampukan Tuhan bersikap adil, mengapa tidak berdoa untuk kamu sendiri? Bukankah hal yang demikian lebih baik? Sudahlah. Barangkali kamu tidak bisa menerima masa laluku yang begitu hina, tidak bilang saja kamu tidak mau menikahi pelacur. Perkara begini saja bibirmu tak sejalan dengan hati, dasar munafik."


Cowok: "Diriku tidak berdusta, sedikit banyaknya apa yang kamu nyatakan ada kebenarannya. Hanya saja demi Tuhan, alasan utama diriku menolak murni karena ketakutanku tidak bisa berlaku adil."


Cewek: "Adil itu subjektif. Tolak ukurnya kadang bias, aku dan istrimu contohnya. Aku harus menghadapi masa lalu yang kelam untuk menemukan kebenaran Tuhan melalui agama dengan jalan membuka pintu tobat melalui keinginan menikah denganmu, sedangkan istrimu mungkin tidak sepertiku. Istrimu beruntung memilikimu sebagai suami yang menuntunnya untuk berkarib ajar agama dengan setekun-tekunnya. Jadi apakah ini adil bagiku? Padahal kami sama-sama seorang wanita? Laki-laki memang susah diajak bicara dari hati ke hati. Lebih baik, aku menemui istrimu saja. Barangkali sesama wanita, dia akan lebih paham bahwa tujuanku ingin menjadikanmu sebagai suami bukan untuk syahwat tetapi untuk menuju hamba yang ingin lebih dekat pada agama."


Cowok: "Jangan temui istriku, kumohon."


Cewek: "Jangan memohon padaku, mohon pada Tuhan, jika kamu percaya Tuhan sebaik-baik penolong, maka minta tolonglah pada-Nya agar istrimu tidak mengizinkanku untuk memintamu sebagai suamiku."


Jambi, Sabtu 18 Januari 2025

Catatan kaki:

* Disarikan dari HR Muslim No. 2245

** Kutipan HR Tirmidzi No. 1/213

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang