Pertikaian di Masa Lalu

Child:
(Dialog)
Pertikaian di Masa Lalu
-Garis Hitam-

Langit seakan runtuh. Bilur membilur pada kesunyian jiwa yang semakin rumpang. Tentang sebilah kisah yang terpaksa berakhir mengenaskan. Memintal rindu yang di caci keresahan yang memilukan. Kini, hanya ada kumpulan kecewa yang menggantung lirih di langit-langit harapan yang kemudian gugur bersama janji—serta tujuan yang tak sempat tertuai di pelataran rindu yang kini hanya sebatas angan. 

P
Ke mana saja sinar yang kucari selama ini? 

L
Aku ada dalam pertikaian waktumu, serta jelaga kisah-kisah kita yang belum selesai

P
Sebilah belati menusuk tenggorokanku
Menyabitkan goresan pedang di area dadaku
Menghantam sebongkah batu besar di atas kepalaku
Dan entah kata-kata apa lagi yang bisa kugambarkan
Dari pesakitan pilu yang kuterima begitu ikhlas di pinggiran waktu; pada tapal batas yang kian meregas di penjuru rindu

Aku ditinggalkan begitu -sangat- mengenaskan
Tanpa kabar yang pasti, aku masih berupaya menunggumu hadir; sekalipun hanya di beranda ponselku kau berpesan

L
Bukan aku meninggalkanmu tanpa sebab
Bukan pula tak memiliki perasaan untuk meninggalkanmu
Kamu adalah bagian utama dari masa lalu kita yang begitu rumpang
Ketidakpastian tanpa pesan adalah bentuk kecewa paling hebat yang pernah kurasakan
Ketika langit membiru dengan cahaya indahnya
Tetapi yang kutunggu, hanya rinai hujan di altar rumahku sedari dulu
Agar tak ada satu pun yang tahu—betapa senyum serta tawa yang ku lampiaskan itu adalah bentuk luka dari perasaanku terhadapmu
Apa kau tak mengerti? 

P
Bagian luka mana yang membuatmu begitu getir? 
Cara seperti apa ... dariku yang membuatmu kecewa? 
Tak ada kata-kata
Tak ada perpisahan
Tak ada pelepasan, yang ada... 
Hanya jutaan tanya, serta rasa kecewa yang kutahan setengah mati

L
Entah seperti apa aku di matamu? 
Hanya menjadi pelampiasan egomu, kemudian membanding-bandingkan diriku dengan yang lain
Apakah dengan seperti itu bisa membuatku lebih baik? 
Apakah dengan cara seperti itu bisa membuatku semakin mencintaimu? 
Tidak! 
Bahkan, dengan caramu yang suka membanding-bandingkanku dengan pesona yang lain
Itu hanya membuat harapanku memudar dan mati dengan perlahan

P
Kenapa kamu tidak membicarakan saja awan yang dulu mengabu? 
Kenapa kamu tidak pernah memberikan kesempatan untuk aku menjelaskan apa yang kumaksud? 
Apa dengan caramu pergi adalah satu-satunya yang terbaik untuk perasaanmu? 
Lalu bagaimana dengan perasaanku? 
Menanti berhari-hari hanya untuk meminta kejelasanmu yang tak pernah datang kembali
Apa kamu kira aku lebih kejam darimu? 
Apa kamu kira, kamu adalah satu-satunya orang yang sedang terluka? 
Dan menjadi satu-satunya perasaan yang paling tersakiti
Lalu bagaimana dengan janji dan kata-katamu yang akan selalu mengutamakanku
Kemanakah sosok yang akan selalu mendukung perjalanan hidupku? 
Lalu bagaimana dengan perasaanku? 
Apa kau tahu betapa hari-hariku berantakan karena ulahmu? 

L
Aku tak bisa beranjak dari tempat pertama kali kita bertemu
Aku tak dapat melangkah, akibat perkataanmu di masa lalu

P
Lalu... kamu kira hanya kamu yang terluka? 

L
Trauma darimu, di mana luka-luka itu menjadi gulma di hatiku yang tak pernah sirna
Kau sudah menikah...! 
Sementara aku—masih memeluk kesendirian

P
Apa kau tahu? 
Kamu menyalahkanku atas kesalahan yang kamu ciptakan sendiri
Hey! Sadarlah... 
Mengapa harus takut atas kesalahanmu sendiri? 
Kamu hanya cukup mengakui ... dan dengan cara itu kita benar-benar telah selesai

L
Baiklah...! 
Ya, aku akui
Jika aku adalah orang yang pernah menciptakan perjalanan kisah kita menjadi patah di tengah jalan
Aku akui, aku adalah akar dari permasalahan kita yang tak pernah selesai
Kamu puas?! 

P
Tapi kita masih bisa berteman kan? 

L
Tidak... 
Kita telah berakhir di sini... 
Detik ini adalah pertemuan terakhir kita bercengkrama
Jika kita adalah sepasang hati yang terlepas yang dahulunya sempat mengikat janji

P
Kita masih bertukar pesan... 

L
Untuk apa? 
Melihatmu bahagia dengan orang lain... 
Apa kamu kira aku akan setabah itu? 
Apa kamu kira, kamu bisa setegar itu menjaga hatiku? 

P
(Terdiam)

L
Kau akan baik-baik saja tanpaku
Aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama
Bahkan, memberikan kesakitan yang lebih hebat dari sebelumnya

P
Aku hanya ingin kita masih bertukar pesan, itu saja

L
Kita sudahi pertikaian ini
Kita sudah selesai dan berakhir tanpa pernah mengulang 
Berbahagialah... 
Untuk perasaanku ini, biar akulah yang menjadi urusanku
Maaf dan pamit untuk bisa melupakanmu

Bandung, 08 Juni 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang