NASKAH DIALOG: BISA MINTA TOLONG BELIKAN AKU PEMBALUT, SAYANG Oleh: Arief Siddiq Razaan

 NASKAH DIALOG: 

BISA MINTA TOLONG BELIKAN AKU PEMBALUT, SAYANG


Oleh: Arief Siddiq Razaan 


Cewek: “Bisa minta tolong, Abang Sayang?”


Cowok: “Tentu, apa sih yang tidak kulakukan untukmu…”


Cewek: “Tolong belikan pembalut sepuluh bungkus. Mereknya softex ya, Bang.”


Cowok: “Hah? Kalau itu gimana ya? Kenapa tidak beli sendiri, Abang 'kan laki-laki, malu kalau beli begituan.”


Cewek: “Kalau begitu minta tolong segera nikahi aku. Ini justru akan menunjukkan betapa gagahnya Abang sebagai seorang laki-laki.”


Cowok: ” Hah! Nikah 'kan butuh modal, Dik. Kita pacaran dulu, sembari Abang mengumpulkan modal.”


Cewek: “Nikah itu modalnya cuma niat, mahar secukupnya, penghulu, wali, ijab kabul dan saksi. Apa ada yang memberatkan?”


Cowok: “Mahar 'kan butuh biaya, lagipula pernikahan kita mesti dipestakan biar tidak malu sama tetangga.”


Cewek: “Mahar itu semampu lelaki, Adik tidak minta yang banyak. Seperangkat alat salat sudah lebih dari cukup. Kita juga tidak perlu merasa malu pada tetangga karena tidak bisa buat pesta, tetapi kita harusnya merasa malu kepada Allah karena telah sekian lamanya pacaran, padahal jelas hukumnya haram karena ke mana-mana berdua. Bergandengan tangan, bahkan peluk dan cium juga dilakukan. Bukankah ini semua tindakan memalukan yang telah kita lakukan di hadapan Tuhan."


Cowok: “Terus nanti setelah nikah, kita makan apa?”


Cewek: “Karena kita tinggal di Indonesia, maka makanan pokoknya nasi. Apa mas belum tahu hal sederhana ini? Kalau masalah rezeki, Allah sudah menjamin. Buktinya selama ini Mas sanggup beli bensin, traktir makan, beli pulsa dan hadiah ulang tahun, lalu kenapa takut tidak sanggup memberi makan?”


Cowok: “Rumah kita bagaimana?”


Cewek: “Ngontrak tak masalah, daripada kita dirumahkan di neraka jahanam karena terlena bujukan setan atas nama pacaran.”


Cowok: "Tapi Abang belum siap lahir dan batin."


Cewek: "Siapnya kapan? Kita ini sudah pacaran tiga tahun lebih, Bang. Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Kadang Adik merasa kalau Abang ini lebih suka menuntun ke jalan maksiat daripada ke jalan taat. Lebih suka mengumbar syahwat atas nama pacaran daripada menikmati cumbuan atas nama pernikahan."


Cowok: "Bukan, bukan seperti itu Dik. Sungguh, Abang ini serius sama hubungan kita. Jika tidak serius, buat apa bertahan pacaran sampai tiga tahun."


Cewek: "Keseriusan bukaan ditentukan dari lamanya pacaran. Tapi dari terwujudnya pernikahan. Sebab cinta sejati hanya ada dalam pernikahan."


Cowok: "Bagaimana jika kita menikah tetapi kita hidup susah?"


Cewek: "Tujuan pernikahan itu menyempurnakan separuh agama. Jika takut hidup susah setelah menikah, berarti kita meragukan bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk. Seharusnya, Abang malu. Bahkan bayi dalam kandungan saja ada rezekinya, masa Abang kalah sama bayi?"


Cowok: "Bayi di dalam kandungan itu karena ada Ibu yang mengandungnya. Jadi wajar jika ada rezekinya."


Cewek: "Kita hidup di dunia juga karena ada Allah. Ada Tuhan yang menghendaki kita untuk hidup. Selagi Allah masih kita imani, selagi anggota tubuh kita masih berfungsi, maka bisa bekerja apa saja sebagai bentuk bersyukur atas kehidupan yang diberikan Tuhan."


Cowok: "Bagaimana kalau ke dua orang tuamu tidak merestui, karena kamu tahu sendiri gajiku masih tiga jutaan perbulan. Kurasa ini masih belum cukup."


Cewek: "Bang, UMR Jakarta saja cuma 5 jutaan. Gaji Abang tiga juta, sedangkan kita tinggal tidak tinggal di Ibukota Jakarta. Sebenarnya itu lebih dari cukup, tinggal nanti kita cari tambahan dari kerja sampingan. Perihal ini, sudah kubicarakan juga dengan orang tuaku."


Cowok: "Jujur, aku belum siap. Lagipula kita masih muda, usiaku baru tiga puluh, kamu sendiri baru dua puluh empat tahun. Jadi tidak perlu tergesa-gesa."


Cewek: "Ini bukan tentang umur, ini tentang pola pikir. Dari usia dua puluh satu tahun aku membina hubungan denganmu Bang, dari kamu yang masih nganggur, sampai dapat pekerjaan. Tapi untuk urusan menikah, kamu selalu saja mengalihkan topik pembicaraan. Kini aku beri somasi, nikahi aku atau kita putus. Aku tak mau menjalin hubungan tanpa kejelasan, aku sudah lelah mengemis kepastian. Mungkin kita memang ditakdirkan bertemu tetapi tidak ditakdirkan bersatu. Kita ditakdirkan menatap bukan untuk menetap. Ditakdirkan singgah tapi tak sungguh, dari itu jangan lagi paksa aku untuk jadi pacarmu."


Jambi, 05 Februari 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang