Aroma Getir Karya : Aditia Hamza
Aroma Getir
Karya : Aditia Hamza
Kali ini kupanggil kembali ribuan kunang yang menyinari ilalang patah hati. Meminjam misteri siang menampik pegat pada malam. Kembali benak—hati berdegup seperti cepatnya jemari merangkai kata.
Kerap kali diri ini dikalungkan perhiasan perih yang selalu menyibak rapuh. Hati merajakan luka menghunuskan pada aksara yang kurangkai. Sampai isyarat datang menerjemahkan aroma getir di balik mataku.
Bodohnya aku. Bengisnya luka masih terus aku puja dalam setiap bait. Bahkan aku sendiri bingung kenapa hati terus-terusan menggaungkan kesedihan.
Rasaku terus membisu. Sebab tersayat luka sampai tak kutemukan tawa dalam daftar kisah kemarin. Hingga tak bisa menukarnya dengan segala diksi di atas kanvas.
Sepertinya yang kucinta adalah derita yang menyanggah segala luka tunduk pada hari baru. Mendesah—jenuhku rapuh tak berkesudahan. Tersungkur hingga kepak sayap patah dan sampai saat ini belum sempat kusembuhkan.
Jazirah Al-Mulk, 23 April 2025
Komentar
Posting Komentar