Hening Di Antara Riuh Karya : Aditia Hamza
Hening Di Antara Riuh
Karya : Aditia Hamza
Dalam diam aku bercerita tentangmu pada malam yang sengaja kutunda agar tak cepat berlalu. Menyapamu dengan rindu yang kuhaturkan pada angin. Kubisikan kisah lalu tapi sunyi pantulkan dinginnya sikapmu hingga kembali membuatku ragu.
Cerita yang tak bisa kuselesaikan. Satu nama yang sulit kuhapus. Meskipun detak jarum jam memaksa untuk melupakanmu.
Semenjak hari itu, wajahmu perlahan terlukis di setiap kata yang kubentuk. Seakan meminta diabadikan dalam setiap cerita di masa datang. Seakan tak ingin jiwa ini tenang bersama mimpi baru.
Kamu pernah tinggal dalam denyut yang enggan berhenti. Membasahi retinaku dan meraung dalam diam di bibirku yang kelu. Bahkan kerap kali butiran salju melungsur dari sudut mata ketika mengingat tentangmu.
Aku tahu, tangisan tak bisa menghapus luka yang mengoyak palung hati. Maka biarkan aku diam diam pulih tanpa perlu mengingat seperti apa wajah yang bernama luka itu.
Bahkan di antara riuhnya manusia pun duniaku begitu hening, sejak rasaku dikuliti dengan tajamnya perpisahan. Sejak ingatanku kau hukum di pengadilan bernama rindu.
Hujan kerap mengguyur pipi sebab mendesak rindu yang telah lama kupendam. Semesta pun menyuruhku sendiri agar luka bisa mengampuni hati.
Maka aku selalu mencoba untuk memaafkan. Tapi kenapa, terus terusan gagal untuk memaafkan semesta yang tanpa penjelasan mempertemukan kita. Bahkan aku pun tak tau, bagaimana cara menyampaikan ini dengan nada dan ekspresi yang tak menyedihkan.
Mungkin terlalu lama aku berdiri di ambang pintu ikhlas, hanya untuk mengusir luka. Berkali kali aku coba menata langkah tapi kenangan terus mengikat kedua kaki.
Di antara dekat yang berlalu—aku menyimpan setiap keping cinta yang dulu berantakan. Tak mau merapikan kembali sebab semua hanya akan menjadi sia sia. Karena setiap detik berdetak jeda berbisik bahwa kamu tak lagi menginginkanku.
Tolong...
Kembalilah memungut serpihan kenangan yang kau tinggalkan. Bawalah pergi cinta yang pernah kau tanam di pelataran hati ini. Tanpa ada sisa sekecil apapun kepingannya yang menyangga di cela ingatan. Lalu biarkan rindu ini selesai, tanpa harus menyebut nama dalam diam.
Tidore, 12 Juni 2025
Komentar
Posting Komentar