RUMAH Perindu Hujan Langit Teduh

 RUMAH


Aku terhanyut dalam khayalan, dimana ketenangan malam membuat hatiku berdebar, antara sedih dan bahagia, serta rindu yang bersemayam apik pada dinding hati tak mau pergi.


Kilas - kilas cerita berhamburan pada otak mungilku, bila mana kita hidup bahagia bersama, menari seraya bermain air, menunggu pelangi hadir 


Seperti gerimis perindu hujan, aku merindukan kehangatan yang hilang terbawa ingatan yang hampir padam, nyatanya sebuah perasaan kerap kali menjatuhkanku pada kenestapaan, membuatku hancur diterpa kekecewaan


L : Pelangi akan hadir pada hujan yang mulai reda. Tidak pada gerimis atau badai. Berbahagialah wahai putri penguasa khayal. Sebab warnanya akan pudar setelah kuasa angin berhembus kencang.


P : meski berlalu, akankah diriku bisa menggapainya? Saat terlalu dekat petir menghantam jiwaku dan kembali terdampar pada perasaan menakutkan itu


L : Kau sepertinya terlalu memikirkan resah gundah dan pengandaian lainnya.

Ingat Nona bunga itu dari kuncup yang layunya tidak seberapa mengikis waktu.

Rasa khawatir berlebihan akan membawamu kepada rasa sakit masa lalumu.


P : hatiku ibarat kaca yang sudah retak terbentur lara, aku tidak mau merasakannya kembali , pun saat ini diriku kian melemah, aku berharap kacaku kembali pulih dan aku bisa melihat dunia kembali berseri


L : Dunia kembali berseri katamu? Dunia yang mana yang kau anggap retak berantakan. Bukankah kamu sendiri yang menganggap seperti itu padahal lukamu yang kau buat sendiri.

Sudahi semua kesahmu buang jauh jauh hati yang tak karuan itu. Ambil kembali semangatmu.

Semangat untuk membangun kembali rasamu


P : Tidak tahukah dirimu tuan? Dunia dimataku begitu suram, bercak kilatan dari penghianatan serta tusukan kebohongan masih menancap pada tubuhku membuat duniaku terasa menghitam, tak bisa kulihat pelangi selepas hujan, tak bisa kulihat senja dipelataran malam, hanya karena luka itu tak ada yang menyembuhkan, tolong berikan aku cara melipur lara, akan ku upayakan meraih segala mimpi dan harapanku yang pernah berlalu


L : Baik.

Itu yang aku tunggu sedari kita mulai bercakap 

Beri cara melipur lara?

Pulanglah ke Tuhan mu

Mohonkan ampun padaNya

Setelah itu jangan pernah lagi menengok kebelakang 

Dan kalau memungkinkan kamu bertaubat. Bersumpah dihadapan Tuhanmu bahwa kamu tidak akan melakukan kesalahan sama dalam masa melanjutkan hidup. 

Dan lakukan hal ini meskipun satu kali dalam hidupmu.

Basuh kedua kaki ibu dan bapakmu dengan bejana berisi air. Sampaikan maafmu pada keduanya. Lalu usapkan air bekas basuhan tadi keseluruhan wajah dan tubuhmu. 

Dan yang terpenting tidak pernah lagi menyakiti dirimu karena Tuhan yang ciptakan semua. Jangan kau rusak hanya karena perkara mahluk yang lain.


P : aku seekor burung yang kehilangan sayapnya, berdua bersama ibu meski kerap kali ku merindu sosok ayah, maaf jika kelak kujadikan dirimu tumpuan, tempatku bersandar dan mengupayakan banyak hal, bila kau enggan menerima tak apa, aku tetap bangga karena bisa mengenalmu dan menjadi bagian dari kisahmu


L : Jadi?

Maksud kamu Nona?

Owh...

Sosok pria yang kita sering sebut ayah lah yang selama ini engkau rindukan Nona.

Setiap laki laki bisa menjadi siapapun tapi tidak dengan menjadi ayah. 

Tadinya aku berharap kita bisa bertukar fikiran ternyata semesta membawa kita ke bertukar hati.

Baiklah Nona, tapi dengan satu syarat.


P : aku merindukan sosoknya seperti aku merindukan cintamu. Namun kau enggan menoleh saat kucoba meraba hati dan melihat kearahku, namun kenapa? Kenapa ada syarat diantara cinta? Jika sebuah rasa harus dipenjara atas syarat yang tercipta, mengapa harus ada perasaan? Atau itu adalah sebuah kasihan? Kau kasihan padaku?


L : Hahahahaha...

Banyak sekali pertanyaan mu Nona padahal aku belum sampaikan.

Tapi memang begitulah wanita, aku maklumi saja.

Syaratnya adalah...

Kamu harus berani bertahan dalam kondisi apapun kita. Karena banyak sekali hubungan yang kandas karena masing masing tidak mau bertahan menggampangkan pasangan dan dengan mudah mengatakan selesai.

Yg berikutnya adalah sampai kapan pun apapun yang terjadi kita adalah takdir.

Sampai maut memisahkan kita.


P : Aku sekedar belajar dari masalalu, bahwa bagaimanapun takdir berjalan kita tak perlu menyesalinya, terimakasih sudah menyadarkanku dari berbagai hal yang tak seharusnya ku lakukan, namun aku juga memiliki syarat untukmu, berkenan kah dirimu melakukannya?


L : Apapun yang Nona syaratkan

Asalkan itu masih masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum agamaku, insya Allah aku kabulkan tanpa harus bersyarat lagi.

Apa syarat darimu Nona?


P : aku begitu takut akan seruan yang begitu keras, karena ayah dan ibu menjadikanku seorang ratu dalam negaranya, sehingga ketika kau membimbingku, ku harap kau bisa menjaga perasaanku, serta menjadikanku satu2nya perempuan disampingmu, biarkan aku egois karena aku tak bisa tanpamu


L : Nona..

Aku dilahirkan dari rahim seorang wanita, dan atas bimbingan beliau aku menjadi seperti ini.

Tidak akan satu huruf pun dari kata kata ku meninggi dihadapan mu karena itu lah yang pesan terakhir dari almarhum ayahku sebelum berpulang.

Aku masih sangat ingat pesan beliau: Pertama jangan pernah menyakiti hati wanita dengan kata kata perbuatan atau sikap karena ibu mu juga wanita. Kedua rendahkan suaramu ketika berbicara dengan wanita layaknya engkau berbicara dengan ibumu karena ibu mu juga wanita. 

Maka dengan syarat dari mu itu tidak sama sekali memberatkan ku. Namun layaknya manusia yang fana agar sekiranya kamu bisa ingatkan aku selagi aku Alfa atas syarat itu Nona


P : Terimakasih tuan, terimakasih sudah mengobati luka meski harus mengorbankan apa yang menjadi keinginanmu, terimakasih sudah menjadi pelangi kala petir menyambar diriku, menjadi senja melihat siangku begitu nelangsa, menjadi fajar ketika malamku terasa suram, kau akan abadi tuan, bukan dalam karyaku, namun dalam setiap inci hatiku, tertulis namamu


L : Abadinya cinta kita adalah sebuah pengakuan kepada sang Kholik bahwa kami memang di ciptakan berpasang pasangan.

Kita sudahi saja cerita kelam masing masing.

Nona..

Mari kita sama sama berikrar, dengan disaksikan alam semesta. 


L & P : 

Menua bersama menjadi ikrar kami.

Disaksikan semesta yang agung. Memulai semuanya dari awal dan mengakhirinya bersama sampai maut memisahkan kita.



Februari 2025


Perindu Hujan

Langit Teduh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang