Dan Aku Masih Di Sini"
"Dan Aku Masih Di Sini" Mencintai itu indah, sampai kau sadar… kau mencintai sendirian dalam rumah yang kau bangun berdua, tapi hanya satu yang masih menetap di dalamnya. Aku masih menyebut namamu dalam doa meski tak tahu apakah namaku masih sempat lewat di benakmu saat malam memelukmu dalam sunyi. Kita masih bersama, tapi kehangatanmu terasa seperti baju yang sudah tak muat, kau pakai, tapi hanya sekadar kewajiban. “I love you,” katamu tapi itu lebih mirip formalitas daripada pelukan. Suaranya datar, seperti menyebut jam atau cuaca. Aku mencoba percaya. Mencoba meyakinkan diriku bahwa ini hanya fase, bahwa kamu sibuk, lelah, terbagi... tapi jujur, hatiku sudah terlalu sering menemukan jawaban yang tak ingin aku dengar. Kamu masih ada, tapi rasanya seperti menatap lukisan yang dulu hidup—kini hanya bingkai dan warna pudar. Dan yang paling menyakitkan, aku tetap memilih tinggal. Tetap menunggu, tetap mencintai, walau tak tahu apakah kamu masih menoleh ke arahku… atau hanya dia...