Surat Terakhir untuk Mama"
"Surat Terakhir untuk Mama"
oleh anakmu yang masih belajar merelakan
Mama...
Hari ini, dunia terasa lebih sunyi.
Seolah suara-suara kehilangan maknanya,
karena suara paling hangat dalam hidupku
telah memilih diam untuk selamanya.
Aku masih bisa mendengar langkahmu
di balik kenangan pagi,
kau membangunkanku dengan bisikan lembut,
kadang marah, kadang pelan,
tapi selalu penuh cinta yang tak pernah minta kembali.
Mama...
Tahukah kau, aku masih mencarimu
di sela-sela hariku yang sibuk?
Aku masih ingin melihat wajahmu
di barisan orang yang menunggu kepulanganku.
Tapi yang kutemui hanya udara,
dan doa yang menggantung di langit.
Aku tahu, Mama lelah.
Aku tahu, kau sudah menahan begitu banyak rasa sakit
yang tak pernah sempat kau keluhkan.
Kau sembunyikan semua itu di balik senyum dan tawa,
seolah-olah hidup ini tak pernah menyakitimu.
Kau adalah perempuan paling kuat yang pernah kukenal, Ma.
Kau adalah rumah…
yang tak pernah lelah meski aku terus pulang dengan luka.
Dan kini…
rumah itu telah Tuhan panggil kembali.
Kau berpulang dalam diam,
tanpa pamit, tanpa tangis,
namun dengan damai yang tak bisa kutandingi.
Aku…
belum siap.
Tapi aku tahu, cinta sejati kadang berarti membiarkan seseorang
pergi tanpa harus dicegah.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, Ma…
aku akan belajar merelakan,
meski hatiku koyak sampai tak bersisa.
Ma…
Terima kasih telah menjadi pelindungku,
doaku, penopangku.
Terima kasih telah mengajariku
bahwa cinta tak selalu harus terlihat,
cukup dirasa… cukup ada.
Istirahatlah, Ma.
Tak ada lagi sakit, tak ada lagi tangis.
Biarkan aku yang kini menangis…
untuk semua hal yang belum sempat kukatakan.
Untuk semua peluk yang kutunda.
Untuk semua “aku sayang Mama”
yang sering luput diucap,
padahal hatiku selalu penuh olehmu.
Mama,
kau cinta pertamaku,
dan akan tetap menjadi rumah terakhir
yang paling kurindukan… selamanya.
Salam dari anakmu,
yang kini hanya bisa memelukmu dalam doa.
Siapa Aku
20 Juli 2025
Komentar
Posting Komentar