Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Senandika di Ujung Langit Retak" Puan Cakra

 "Senandika di Ujung Langit Retak" Puan Cakra  __________________________________ Dia : Apa kabar? Aku : Siapa? Dia : Kabarmu? Aku : Maafkan salah orang Dia : Kau masih ingat hujan itu? Bukan yang membasahi bumi, tapi yang jatuh dari mataku—tanpa suara, tanpa tanya. Aku : Aku ingat. Tapi aku lebih ingat tanganmu yang menadah hujan yang bukan milikku. Dia : Langkahku pernah memeluk jejakmu, tapi kini aku sadar: jejak itu hanya labirin dari kesalahan. Aku : Kau berjalan di tubuhku seperti angin yang lupa arah. Dan kini kau bicara seolah tak bersalah? Dia : Tak ada yang salah diantara kita Tempat kita menggantungkan janji masih sama Aku : Aku tak pernah menjanjikan langit. Hanya payung kecil agar kita tak basah oleh duka. Tapi kau... kau malah berlindung di bawah pelukanku terlalu erat. Apakah cinta harus ditambatkan pada satu dermaga?  Aku hanya pelaut. Kau tahu itu sejak awal. Aku : Dan kini kau karam. Tapi bukan aku yang akan jadi pelampungmu. Dia :  Hatiku, masih en...

Di Tepi Namamu : Sahabat & Cinta" karya puan Cakra

 "Di Tepi Namamu : Sahabat & Cinta" ____________________________________ Senja menggantung separuh cahayanya di jendela kafe kecil itu. Aroma kayu manis dan hujan yang baru reda melingkar di udara. Di meja sudut, dua cangkir kopi tinggal setengah. Mereka duduk berhadapan, tetapi sejatinya saling menghadap masa lalu yang tak pernah benar-benar usai. --- Arya : “Kau tahu... setiap kali kau tertawa, dunia dalam kepalaku berhenti sejenak. Seperti ingin mengabadikanmu dalam bingkai yang mustahil hilang.” Nala : “Aku selalu berpura-pura tak mendengar degupmu."  Arya : "Karena apa?" Nala : Aku tak suka ketakutan  Arya : "Karena apa?" Nala : "Aku memilih nyaman daripada jujur untuk mu" Arya : “Aku tak pernah berani ungkapkan, sejak hari kita saling menanti di halte tua. Sejak matamu menatap hujan, dan sejak aku menatapmu.” Nala : “Aku ingat." Arya :  "Tentang jalan kita yang dulu?" Nala : "Bahkan aku ingat warna jaketmu sore ...

Dialog Sepasang Senja" Si Kang Senja & Senja Kirana Dewi*

 Dialog Sepasang Senja" Serunai angin seakan mengiringi pergerakan peralihan siang menuju malam yang diperantarai senja. Syahdu...seolah mulai mewartakan kisah tentang dongeng 1001 malam di Kota Tua dengan sejuta keindahannya, agar perlahan seisi kota jatuh dalam buaian. Sementara di tengah syahdu itu, sepasang senja lainnya memecah hening dengan aksara yang terdengar lamat-lamat L : Kepada rindu yang kemarin belum sempat ku semaikan, bila kembali pada peluk yang telah remuk tak kasihankah pada jiwa yang berserak itu. P : Rindu yang mana yang tengah kau bicarakan, Tuan? Kau berusaha menyemai rindu yang tanpa tuju. Lalu memintaku untuk mengasihani. Sungguh tak masuk akal!  L : Lihat puan. Disini aku masih menggunakan kalimat yang sama, seperti kala kita gaungkan dalam sajak-sajak pengantar tidur itu.  Mungkinkah lelap itu, yang membuatmu lupa akan janji yang pernah kita rajut bersama? P : Tidak Tuan, lelap itu justru menyadarkanku ketika aku terbangun. Bahwa Kebersamaan ki...

SINOpSIS HPS

 *Sinopsis Hago Puisi & Sastra*   Hago puisi dan sastra adalah salah satu official  konten puisi yg ada di aplikasi hago dan berdiri sejak tanggal 19 September 2020 yg di rilis pada tgl 25 september 2020.  Hago puisi dan sastra/ Hps resmi menjadi official  konten puisi yg dulu nya di kenal dengan sebutan hago puisi satire yg di bangun oleh Lulaby di bawah naungan Septimus  Pada masa trial saat itu hps telah membuktikan kepada seluruh user hago  bahwa hps mampu memberikan  program2 menarik yg di suguhkan kepada seluruh user Hago untuk di nikmati  dan hps juga berhasil  mendobrak dunia perpuisian. Di saat itu. Dan salah satu program hps yg masih berjalan di antaranya adalah program yang mengedukasi teman-teman untuk lebih mengetahui tentang puisi kepada seluruh user Hago  yg mencintai dunia literasi. Seperti mengadakan event. Mengundang narasumber untuk mengisi sebuah Podcast seputar literasi dan masih banyak lagi yg lain nya...

Sajak Suara Karya:Widji Thukul

Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diam aku siapkan untukmu: pemberontakan! Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan? Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ialah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahan aku akan memburumu seperti kutukan! Sumber:  Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Sajak Peperangan Abimanyu (Untuk putraku, Isaias Sadewa) Karya:WS.Rendra.

Sajak Peperangan Abimanyu (Untuk putraku, Isaias Sadewa) Karya:WS.Rendra. Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru. Sang kesatria berdiri dengan mata bercahaya. Hatinya damai, di dalam dadanya yang bedah dan berdarah, karena ia telah lunas menjalani kewajiban dan kewajarannya. Setelah ia wafat apakah petani-petani akan tetap menderita, dan para wanita kampung tetap membanjiri rumah pelacuran di kota? Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup. Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka. Saat itu ia mendengar nyanyian angin dan air yang turun dari gunung. Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa. Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan. Di saat badan berlumur darah, jiwa duduk di atas teratai. Ketika ibu-ibu meratap dan mengurap rambut mereka dengan debu, roh kesatria bersetubuh dengan cakrawala untuk menanam benih agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas dari zaman ke zaman. Jakarta, 2 September 1977 Sumber:...