Sajak Peperangan Abimanyu (Untuk putraku, Isaias Sadewa) Karya:WS.Rendra.


Sajak Peperangan Abimanyu

(Untuk putraku, Isaias Sadewa)

Karya:WS.Rendra.


Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.

Sang kesatria berdiri dengan mata bercahaya.

Hatinya damai,

di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,

karena ia telah lunas

menjalani kewajiban dan kewajarannya.


Setelah ia wafat

apakah petani-petani akan tetap menderita,

dan para wanita kampung

tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?

Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.

Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya

ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.

Saat itu ia mendengar

nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.


Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.

Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.

Di saat badan berlumur darah,

jiwa duduk di atas teratai.


Ketika ibu-ibu meratap

dan mengurap rambut mereka dengan debu,

roh kesatria bersetubuh dengan cakrawala

untuk menanam benih

agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas

dari zaman ke zaman.


Jakarta, 2 September 1977


Sumber:  Potret Pembangunan dalam Puisi (1993)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang