Kopi, Lukisan, Kenangan Karya Wiranagara



Lihat

Tepat setelah lampu lampu dipadamkan

Kau menyala sebagai satu-satunya yang kurindukan

Disini

Di tempat yang paling kau hindari

Aku pernah berdiri

Menggores kata

Menulis warna 

Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan

Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang


Retak berserakan tanpa kediaman

Terkoyak sepi

Melayang diantara pekat aroma kopi

Dengar

Tepat setelah jejak jejak dilangkahkan 

Kau menyapa sebagai satu satunya yang kunantikan

Disini

Dipeluk yang pernah kau nikmati

Aku masih sendiri

Mencari kehilangan

Menemui perpisahan

Pada letupan kenang yang memuat ruangkekosongan

Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang

Hancur berkeping

Tersapu kesunyian terinjak lara

Melarut dalam pahit yang diseduh air mata


Tunggu

Santailah sejenak

Karena tepat setelah meja meja ditinggalkan

Kedai ini menyesak sebagai satu satunya keterangan

Satu kisah yang pernah kita upayakan

Beribu rencana yang pernah kita perjuangkan

Lenyap

Kau memutuskan berpindah hati sebelum satu persatu rencana kita berhasil diwujudkan

Menggores kesadaran

Menyayat perasaan

Pada setiap kata yang memuat pertanyaan

Aku mencari kau yang kurindukan

Aku menyapa kau yang kunantikan

Aku mencari

Aku menyapa

Aku menanti

Aku merindu 

Aku terisak

Aku menunggu hadirmu

Dan kini satu satunya yang tersisa hanyalah goresan yang kubuat sebagai prasasti kesendirian

Kapanpun sunyi merasuk jiwamu

Kemarilah

Pesan kopi terpahit dengan kenangan termanismu

Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia

Dan bila hatimu butuh didengarkan

Temui aku dalam perbincangan

Niscaya kopi yang kau pesan

Tak akan pernah sepahit kehilangan.


Juli 27, 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang

izinkan aku bahagia Karya Pengagum