Cinta seorang ayah karya Suarasa­_aana

 Cinta seorang ayah


Aceh, 7 November 2021 direvisi 28 November 2021


Suarasa­_aana


 


Sekarang usia ku telah beranjak dewasa, dan kini terlihat jelas kekhawatiran diwajah seorang laki-laki hebat, yang katanya dialah cinta pertama setiap anak perempuan. Aku tak pernah melihat kekhawatiran yang begitu besar diwajahnya sebelum ini.


Ayah : Nak, bolehkah ayah bertanya sesuatu?


Me : Ya Ayah, ada apa? Apa yang ingin Ayah ketahui dari ku?


Ayah : Siapa dia, laki-laki yang selalu berhubungan dengan mu melalui handphone mu? Yang apabila dia mengabari mu terlukis indah lekukan diwajah mu.


Me : Dia, dia laki-laki pilihan ku yah. Yang akan menjadi pasangan hidup ku yah.


Ayah : Apakah kau sudah yakin dengan pilihan mu itu?


Me : Ya Ayah, in syaa Allah aku tidak salah memilih dia yah. Mengapa ayah bertanya seperti itu?


Ayah : Tidak, ayah hanya takut, sebab kini ayah sudah semakin tua, dan semakin hari kesehatan ayah kian menurun. Ayah takut tidak dapat mendampingi mu dan bahkan menjadi wali untuk ijab kabul mu nanti.


Me : Ayah, jangan lanjutkan lagi, sudah yah. Aku yakin ayah bisa menjadi wali nikah ku nanti, dan aku pastikan ayah akan mendampingi ku dipelaminan.


Ayah : Ayah benar-benar takut jika esok ayah tiada tidak ada yang menggantikan ayah untuk menjaga mu.


Me : Ayah, aku mau ayah terus disamping ku dan mendampingi ku hingga akhir hayat ku.


Ayah : Nak, cepat atau lambat ayah tidak dapat lagi berada disisi mu. Entah takdir yang menjemput ayah atau putri ayah yang dijemput pasangan hidup nya.


Me : Ayah, jika nanti aku menemukan pasangan hidup ku, akan aku pastikan aku akan tetap menjadi putri dan milik ayah selamanya.


Ayah : Anak ayah sudah beranjak dewasa, sebentar lagi kau akan beranjak dari istana ayah. Pasangan mu akan menjemput mu dan membawa mu jauh dari istana ini.


Me : Ayah, selama ini tak pernah ayah berkata seperti ini. Ayah, jika nanti aku menikah aku pastikan ayah masih bisa menjaga ku seperti putri kecil ayah.


Ayah : Anak perempuan itu tidak menetap dirumah ayahnya. Sebab suatu saat nanti dia harus pergi.


Me : Tapi aku ingin terus disampinng ayah, aku tidak siap jika harus keluar dari rumah ayah.


Ayah : Ayah tau, kamu belum mengerti tentang apa yang ayah sampaikan. Jika suatu saat nanti kamu dinikahi seorang  laki-laki kamu bukan lagi milik ayahh, sebab setelah qobiltu kamu seutuhnya menjadi milik pasangan mu.


Me : Tapi aku ingin terus bersama ayah.


Ayah : Kamu tidak bisa melakukan itu setelah pernikahan mu, lihat ibu mu. Dia bersedia pergi dari rumahnya tinggal jauh dari keluarganya untuk mendampingi ayah.


Me : Lantas Aku harus gimana ayah?


Ayah : Nak, jika nanti yang menjadi pasangan hidup mu dia laki-laki yang menjadi pilihan mu, pastikan dia seorang laki-laki yang menjujung tinggi agama, serta martabat seorang wanita. Pastikan dia, yang apabila marah tidak berkata kasar atau nada tinggi terhadap mu. Lebih-lebih jangan sampai dia mengangkat tangannya untuk mu.


Me : Ayah, sebesar ini penjagaan, pengawasan ayah terhadap ku. Aku tidak dapat berkata apa-apa ayah.


Ayah : Ayah selama ini begitu menjaga mu,ayah berusaha untuk terus membahagiakan mu. Jadi ayah juga ingin yang kelak menjadi pasangan mu dia yang juga siap menjadi seperti ayah untuk mu. Nak, jangan sampai kamu mengemis sesuatu dari laki-laki, bahkan perhatian sekali pun.


Me : Kenapa ayah? Apakah salah jika aku meminta perhatian kepada pasangan ku?


Ayah : Seseorang yang benar-benar mencintai mu dan kamu adalah ratunya, dia tidak akanmembuat mu menunggu apalagi mengemis perhatiannya.


Me : Ayah, lalu bagaimana aku bisa melihat itu semua?


Ayah : Lihatlah ketika kamu berbuat salah bagaimana cara dia memahami mu, bagaimana dia menyelesaikan itu. Jika dia berkata dengan nada tinggi tentu dia tidak benar-benar mencintai mu. Namun jika dia berkata lembut dan mengingatkan mu baik-baik, percayalah dia yang benar-benar mencintai mu. Namun jika hanya untuk kabar saja kamu harus mengemi, ketahuilah kamu bukan siapa-siapa untuk nya.


Me : Lantas apakah ayah ingin putri ayah mendapatkan pasangan yang berkelimangan harta?


Ayah : ayah tidak mengharapkan itu, ayah hanya berharap, dia yang mampu menyayangi mu seperti ayah menyayangi mu dan seperti dia menyayangi keluarga nya, terutama ibunya. Ayah tidak butuh dia yang bergelimang harta. Setidaknya dia bisa meyakinkan ayah bahwa kamu aman bersamanya, sebab jika suatu saat ayah tidak lagi bernyawa ayah bisa pergi dengan tenang.


Me : ayah, begitu besar kasih sayang mu selama ini yang tidak aku sadari. Lantas bagaimana jika aku ingin mengejar syurga ayah dan ibu?


Ayah : Layani dia dengan baik. Nak, jika suatu saat nanti kamu sudah menjadi seorang istri, berjanjilah untuk menjadi seorang istri yang baik terhadap suami mu. Jaga dia sebagaimana kamu menjaga ayah, hormati dia, sebab syurga mu ada padanya.


Me : Ayah, setelah mendengar itu semua aku takut untuk keluar dari rumah ini, aku takut tidak akan ada yang bisa menerima dan memperlakukan aku seperti ayah.


Ayah : Jika itu terjadi, pulanglah, rumah ini akan tetap menjadi istana tempat terbaik untuk kamu pulang.


Me : tidak akan ada yang bisa menggantikan ayah, bahkan pasangan ku kelak belum tentu mampu seperti ayah.


Ayah : Jangan sesekali kamu menyakiti dia dengan perkataan atau dengan sikap mu. Ayah berharap yang kelak mennjadi menantu ayah, dia yang mampu menggantikan tugas ayah.


Me : Ayah.


Ayah : semoga putri ayah menjadi wanita kuat, sabar dan selalu dalam lindungan Allah. Ayah menyayangi mu meski tak pernah ayah tunjukkan dihadapan mu bahkan ayah tidak dapat mengucapkannya.


Me : Ayah, terima kasih untuk rasa khawatir yang tidak pernah aku bayangkan. Dibalik dinginnya ayah ada kekhawatiran yang begitu besar untuk anak perempuannya. Bahkan tidak ada  kata benci meski dia dikecewakan. Aku menyayangi ayah. Dan akan selalu menyanyangi ayah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI AKU YANG HAMPIR MENYERAH

izinkan aku bahagia Karya Pengagum

Kamu Tidak Harus Menjadi Seseorang