Kado Terbaik di Dunia -Garis Hitam & Purple
(Naskah Dialog)
Kado Terbaik di Dunia
-Garis Hitam & Purple-
Anak :
Ayah, aku pulang...
Ayah :
Ah...!
Rupanya, anak gadis ayah sudah pulang. Mengapa muka cantik anak ayah mendung sekali?
Sepertinya di luar matahari masih bersinar.
Anak :
Aku capek sekali yah...
Yah, bolehkah aku tidur di bahumu, sebentar saja?
Ayah : (Menghela napas)
Ada apa nduk?
Kemarilah nak...
Tumpahkan segala rasa yang membebani kepala dan hatimu.
Anak :
Aku lelah yah..
Ternyata, dunia tak seramah yang aku kira.
Aku sudah tak tahu lagi apa yang harus aku perbuat, yah.
Semuanya kacau balau.
Semuanya gagal dan berantakan.
Ayah :
Tidak ada yang gagal nduk.
waktunya saja yang belum tepat,
Kamu sudah hebat kok nduk, kamu kuat, kamu mampu menghadapi semuanya sampai detik ini.
Anak :
Tidak yah.
Aku tidak sehebat dan sekuat yang ayah kira!
Andai ayah tau,
Ketika aku sudah berjuang mati-matian dengan apa yang sudah kuperjuangkan.
Ketika tenaga dan pikiranku habis tak tersisa.
Tak ada orang yang mampu memahami, betapa sakitnya jiwa ini, ketika dipaksa kuat setiap hari.
Untuk apa aku harus berjuang, ketika semuanya tak memiliki arti.
Tak ada satu pun yang bisa mengerti yah. Tak ada yang mengerti...
Tak ada rasa bersalah.
Tak ada kata maaf.
Bahkan seucap kata pun—tidak ada yang terucap pada bibir mereka.
Mereka semua penipu yah. Penipu...!
Ayah :
Ayah mengerti nduk ... ayah paham, meski tak ada satu kalimat pun terucap dari bibirmu
Ayah tahu, jalan yang kau tempuh tidak mudah nak.
Anak :
Ayah tahu?
Setiap hari aku selalu berusaha untuk tetap hidup dan tetap waras.
Hanya untuk meyakinkan diriku untuk tetap kuat, padahal aku sudah mulai gila dengan semuanya.
Dunia begitu kejam kepadaku yah.
Mereka kejam!!
Sampai kapan yah?
Sampai kapan raga ini harus pura-pura hidup, sementara jiwaku sudah mati rasa?
Sampai kapan aku harus dipaksa untuk baik-baik saja?
Ketika semua yang kurencanakan hancur tak tersisa.
Tak ada yang benar-benar baik dan peduli. Mereka semua pembohong, yah.
Pembohong!
Harus sesabar apa lagi untuk mengahadapi semua ini, yah?
Aku lelah yah, aku lelah...!
Ayah :
Tak ada tolak ukur untuk kata sabar, nak.
Dengar, ini semua jalan yang sudah kamu pilih, ketika kamu merasa kalah mereka akan merasa menjadi pemenang, dan tertawa terbahak di atas rasa sakitmu.
Anak :
Tapi, yah .... aku capek...
Semua kerjaanku berantakan.
Aku selalu disalahkan.
Semuanya berakhir mengenaskan, yah.
(Menangis)
Aku capek, yah.
Aku capek...
Ayah :
Menangislah, nduk.
Menangislah...
Tuhan menciptakan air mata untuk meredakan keluh kesahmu.
Kamu masih manusia biasa, nduk.
Sejatuh dan sehancur apapun kamu, dengan bangga ayah akan selalu katakan pada dunia ,'Dia adalah anakku, gadis kecilku yang tangguh, dan aku sangat bangga memilikinya.'
Dengar, dunia memang tidak selalu berpihak kepada kita nak.
Sebetulnya bukan dunia yang kejam, namun cara Tuhan memberi cobaan itu tak pernah sama nduk, Tuhan menjadikan kita kuat dengan membuat dunia terasa kejam. Tapi Tuhan tak pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan umatnya.
Anak :
Tapi aku lelah yah.
Aku lelah...
Rasanya aku ingin menyerah...
Kepalaku sakit.... Semua yang kulakukan tak pernah sejalan dengan apa yang aku mau. Semua hancur berantakan yah!
Ayah :
Kamu hebat nduk,
Kamu hebat...
Jika ayah berada di posisimu saat ini, ayah belum tentu sampai dititikmu saat ini, ayah belum tentu sekuat kamu nduk.
Anak :
Aku tidak sekuat yang ayah kira.
Aku lemah yah...
Dunia yang ayah berikan dulu lebih indah daripada duniaku yang sekarang, yah.
Duniaku sangat kacau dan berantakan!
Tidak ada yang sesuai rencana.
Aku terlalu payah, yah.
Masalah yang kuhadapi sekarang terlalu berat.
Aku tidak kuat...
Aku tak cukup mampu untuk menanggung semua
Kenyataan pahit yang membuat dada ini semakin sakit, yah.
Sakit..!
Kemana orang yang katanya peduli denganku, yah?
Ayah :
Ayah tahu duniamu tidak baik-baik saja. Ayah tahu dadamu merasa sesak nduk, tapi tahukah kamu?
ketika dulu ayah memberimu dunia, ada banyak peluh yang ayah tetes kan demi seyuman manismu, ada banyak waktu yang ayah korbankan, dan ada do'a ibumu yang selalu di langitkan.
Apakah saat itu terasa mudah untuk ayah? Tidak nak.
Apakah saat itu ayah merasa dunia ini adil?
Tidak nak! Ayah harus rela pergi sebelum ayah melihat binar di matamu, dan ketika ayah kembali ke gubuk kita— ayah tak mendengar riang tawamu.
Ketahuilah, itu terasa membakar dada ayah, tak jarang ayah marah pada dunia, karena hanya demi melihat senyum manismu ayah harus bersusah payah, bahkan tak jarang berdarah.
Tapi ayah ikhlas melakukannya nduk, karena harapan ayah atas kebahagiaanmu lebih besar dari rasa sakit ayah.
Semuanya terasa sangat kecil jika bandingannya adalah senyumanmu.
Anak :
Ini terlalu berat untuk ku yah..
Ayah :
Semakin dewasa, kamu akan mendapatkan segala bentuk kekecewaan yang menyakitkan.
Semakin dewasa, kamu akan merasakan bahwa berdamai dengan diri sendiri adalah hal yang paling gila.
Pasti kamu akan merasakan, saat di mana isi kepalamu akan pecah dan seakan-akan ingin terbelah.
Saat ini, kamu harus belajar memahami bahwa segala yang diinginkan tidak harus datang di waktu yang bersamaan.
Belajar untuk tidak membandingkan porsimu dengan porsi orang lain.
Belajarlah berlapang dada, ketika semua harapanmu tak sesuai rencana.
Tak masalah jika semua berantakan, hidup bukan perkara rasa bahagia.
Ada kalanya kita bersedih, ada kalanya kita tertawa.
Kamu berhak menangis sekencang-kencangnya.
Kamu boleh berteriak untuk mengeluarkan keluh kesahmu.
Ayah ada di sini menjagamu.
Ayah masih ada untukmu, nduk.
Bersabar lagi dan lagi...
Perkuat kembali pundakmu, nak.
Menangislah secukupnya, jika sudah puas, berdiri, dan berjuang lagi.
Ayah yakin kamu bisa.
Tenang saja...
Ada ayah disini.
Yang akan selalu menjaga dan memelukmu. Bahkan jika ayah harus memetik bintang untukmu, ayah akan lakukan.
Anak :
Aku harus bagaimana yah?
Aku capek...
Ayah :
Sabar nduk,
_Sing_ ikhlas.
Semuanya pasti berakhir...
Semuanya pasti indah, di waktu yang mungkin kamu tak akan tahu.
Jika Tuhan, kini sedang memberikan kado terindah untuk hidupmu di masa depan.
Anak :
Baiklah.
Akan ku coba sebisaku,
Akan ku coba semampuku untuk terus melangkah maju.
Ayah :
Duniamu baru saja dimulai.
Ayah yakin, kamu mampu bahagia dengan cara yang kamu mau.
Ayah selalu di sini di sampingmu, nak.
Pulanglah jika kau lelah.
Merebahlah, jika tangisanmu sudah tidak dapat lagi kamu tahan.
Ayah selalu ada untukmu, apalagi untuk kebahagiaan dan masa depanmu.
Anak :
Terima kasih ayah.
Terima kasih selalu menjadi cinta pertamaku.
Sudah mau melapangkan dada demi anak yang masih belum bisa dewasa sepertiku.
Ayah:
Itu sudah jadi tugas dan tanggung jawab ayah nduk.
Bahkan jika ayah harus menukarkan hidup ayah untukmu akan ayah lakukan.
Karena kamu adalah kado paling terbaik yang pernah Tuhan titipkan kepada ayah.
Percayalah...
Semua pasti akan baik-baik saja.
Bandung, 06 Desember 2023
Komentar
Posting Komentar