Bu Anakmu Gagal Karya Fiersa Besari Karya Fiersa Besari
Puisi Bu Anakmu Gagal Karya Fiersa Besari
Karya Fiersa Besari
Bu...
anakmu gagal.
Lagi-lagi dipencundangi kehidupan.
Semua terasa kacau.
Karier, asmara.
Ingin kumuntahkan segala keluh kesah, tapi yang terucap cuma, "Bu, ada yang rame di tv?"
Kau, sepeti biasa, membalas dengan deretan sinetron kesukaanmu, lantas bertanya kabarku dengan antusias.
Seolah-olah, satu-satunya kisah yang bisa mengalahkan sinetron favoritmu hanyalah tentang hidupku, dan aku adalah jagoanmu.
Kau tidak tahu bahwa anakmu belum sempat tidur;
patah, dikecewakan dunia.
"Kamu baik-baik aja, Nak?" tanyamu, menelisik lingkar mataku yang menghitam.
"Bu, kenapa hatiku sakit?" aku balas bertanya.
"Tandanya Tuhan peduli padamu."
"Lalu, kenapa ada rasa sakit?"
"Supaya kita bisa lebih bersyukur saat sehat."
Ibu selalu saja punya jawabannya.
Kau lanjut bertanya perihal ini-itu;
berusaha mengorekku lebih dalam.
Dulu, rasanya malas sekali kalau ditanya-tanya olehmu.
Sekarang, tiap ada apa-apa, selalu menyempatkan cerita padamu.
Aku tahu Ibu tidak mengerti aku ngomong apa.
Tapi, melihatmu antusias, rasanya hangat sekali.
Kemudian, kulihat kau dengan lebih saksama.
Rambutmu yang kian memutih, wajahmu yang kian berhiaskan keriput.
Di lelahmu, masih saja kau pikirkan kebahagiaanku.
Kau meminta air hangat.
Kuambilkan.
Akhir-akhir ini kusadari, kau sudah tidak bebas bergerak,
kerap terduduk letih di kursi favoritmu.
Kau kemudian bercerita tentang masa mudamu dulu,
tentang perjalanan hidup hingga akhirnya aku lahir.
katamu, aku anugerah, yang kian dewasa kian pintar melawanmu.
Tapi masih saja kau sayangi sepenuh hati.
Seakan-akan, berapa pun banyak dosaku, tak pernah sebanyak doamu.
Berapa pun banyaknya salahku, tak pernah sebanyak pintu maafmu.
Ah, Ibu.
Setua apapun aku, akan tetap menjadi anak kecil di matamu.
Apa-apa yang kuperbuat, pasti ada saja yang Ibu komentari.
Bukan karena aku salah.
Melainkan karena Ibu tidak mau sekadar duduk di bangku penonton,
melihat anaknya menjauh,
sementara dirinya sendiri merasa tidak berguna.
Dan hari ini, aku yang merasa tidak berguna.
"Bu..., anakmu gagal."
Akhirnya, aku berani mengucapkan itu.
Kau mengusap rambutku sembari tersenyum.
"Kan, masih ada lain hari."
"Nanti, coba lagi, ya."
"Sekarang, istirahat dulu."
Aku ikut tersenyum.
Kau selalu saja bisa menyederhanakan apa-apa yang rumit.
Terima kasih, ya, Bu.
#Puisi #Fiersa Besari
Bagikan:
Avatar
Fiersa Besari
Karya lainnya
Puisi Lahir Karya Fiersa Besari
Puisi Di Ujung 2020 Karya Fiersa Besari
Puisi Hidup Karya Fiersa Besari
Puisi Bentala Karya Fiersa Besari
Puisi Kita Memiliki Kita Karya Fiersa Besari
Puisi Di Antara 2020 Karya Fiersa Besari
Puisi Bu Anakmu Gagal Karya Fiersa Besari
Puisi Pelarian Karya Fiersa Besari
Puisi Perjumpaan yang Sederhana Karya Fiersa Besari
Puisi Penantian Karya Fiersa Besari
Puisi Makhluk Pecicilan Bernama Hati Karya Fiersa Besari
Puisi Dipukul Mundur Karya Fiersa Besari
Puisi Ketika Kukira Aku Istimewa Karya Fiersa Besari
Puisi Sepasang Karya Fiersa Besari
Puisi Lebaran Kali Ini Karya Fiersa Besari
Puisi Ada Wajahmu di Kaki Langit Karya Fiersa Besari
Puisi Detoksfikasi Karya Fiersa Besari
Puisi Perantauan Karya Fiersa Besari
Puisi Zona Pertemanan Karya Fiersa Besari
Puisi Garis Waktu Karya Fiersa Besari
Puisi Kalau Saja Aku Mampu Karya Fiersa Besari
Puisi Saat Hati Kita Melebur Karya Fiersa Besari
Puisi Muasal dan Muara Karya Fiersa Besari
Puisi Untukmu Karya Fiersa Besari
Puisi Pak Anakmu Berhasil Karya Fiersa Besari
Puisi Nona Senja Karya Fiersa Besari
Lihat juga:
Puisi Pelarian Karya Fiersa Besari
Puisi Perjumpaan yang Sederhana Karya Fiersa Besari
Puisi Penantian Karya Fiersa Besari
Puisi Makhluk Pecicilan Bernama Hati Karya Fiersa Besari
Puisi Dipukul Mundur Karya Fiersa Besari
Puisi Ketika Kukira Aku Istimewa Karya Fiersa Besari
Hubungi Kami•Kebijakan Privasi•Mengenai Kami
© 2021 Dikembangkan dan dikelola oleh SAK
Komentar
Posting Komentar