Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Dialog Sepasang Senja ‎karyaSi Kang Senja & Senja Kirana Dewi

 Dialog Sepasang Senja ‎ ‎ ‎Serunai angin seakan mengiringi pergerakan peralihan siang menuju malam yang diperantarai senja. Syahdu... seolah mulai mewartakan kisah tentang dongeng 1001 malam di Kota Tua dengan sejuta keindahannya, agar perlahan seisi kota jatuh dalam buaian. ‎Sementara di tengah syahdu itu, sepasang senja lainnya memecah hening dengan aksara yang terdengar lamat-lamat. ‎ ‎ ‎L : Kepada rindu yang kemarin belum sempat ku semaikan, bila kembali pada peluk yang telah remuk tak kasihankah pada jiwa yang berserak itu. ‎ ‎ ‎ ‎P : Rindu yang mana yang tengah kau bicarakan, Tuan? Kau berusaha menyemai rindu yang tanpa tuju. Lalu memintaku untuk mengasihani. Sungguh tak masuk akal!  ‎ ‎ ‎ ‎L : Lihat puan. Disini aku masih menggunakan kalimat yang sama, seperti kala kita gaungkan dalam sajak-sajak pengantar tidur itu.  Mungkinkah lelap itu, yang membuatmu lupa akan janji yang pernah kita rajut bersama? ‎ ‎ ‎ ‎P : Tidak Tuan, lelap itu justru menyadarkanku ketika ak...

MONOLOG PANJANG SEBUAH LUKA Ananta Pramuditya

 MONOLOG PANJANG SEBUAH LUKA Aku adalah luka yang bernama Rahasia. Aku lahir dari kebisuan, tumbuh dalam sunyi yang menyesakkan. Setiap malam, aku berbicara kepada bayangan yang terpantul di jendela, bertanya bagaimana cara menjadi sesuatu yang tidak terasa, sesuatu yang bisa hilang tanpa jejak. Tetapi nyatanya, aku adalah noda yang tidak bisa dibersihkan, garis yang tergores di kulit paling dalam. Aku berjalan di antara orang-orang yang mencintai dengan terburu-buru, lalu melupakan dengan lebih cepat. Mereka adalah pemahat-pemahat luka, ukiran yang mereka tinggalkan padaku lebih tajam dari pisau bedah. Aku menyimpan semua ingatan mereka, seperti seorang penjaga museum yang terlalu setia, enggan mengizinkan apa pun menjadi usang. Jika ada yang bertanya tentang rasa sakit, aku akan menjawab dengan sunyi. Karena sakit adalah bahasa yang tidak bisa diterjemahkan, hanya bisa dirasakan. Aku pernah mencoba menguraikannya dalam kata-kata, tapi huruf-huruf itu selalu berakhir menjadi labir...

Luruh dalam waktu,tumbuh dalam cinta) Karya: RR🦏P

 (Luruh dalam waktu,tumbuh dalam cinta) Karya: RR🦏 (Cowok): (Tawa riang pelan) Masih inget nggak... kita dulu mulai dari sapa yang... gugup.... banget.... (Cewek): senyum tipis Inget. Sampai kamu ketik “selamat pagi” dua kalikan, terus bilang... “sinyalnya ngaco”, padahal... (jeda,sebentar) ...padahal kamu cuma panik, kan? (Tawa kecil riang) (Cowok): ketawa kecil, malu-malu Ya... jantungku berisik banget waktu itu. Kayak... dunia tiba-tiba beda. Karena kamu ada di situ. (Cewek): (nada pelan) Kita nggak mulai dari yang megah ya, Cuma warung makan yang bangkunya sedikit miring, kopi sachet dua ribuan, dan... tawa-tawa yang nggak tahu lucunya di mana. (Tawa kecil riang) (Cowok): (Sedikit serius) Tapi selalu... cukup. Gitu ya? (Jeda) Entah kenapa... kamu bikin waktu yang biasa-biasa aja... jadi pengen diulang terus.... (Cewek): (Datar) Soalnya kamu hadir. Bukan sekadar lewat. (Cowok): (Senyum tipis) Kita nggak jatuh cinta kayak di film ya, Nggak ada adegan slow motion... nggak ada bac...